No Name – yang dirilis secara digital pada 2 Agustus 2024 – menghidangkan semua hal yang diinginkan pendengar dari album rock milik Jack White. Album ini memiliki alunan blues, riff gitar berat, lirik eksentrik dan, mungkin yang terpenting, mendongkrak semangat.
Album studio keenam Jack White ini dirilis dalam format fisik pada 19 Juli 2024 melalui Third Man Records. Album ini ditulis, direkam, dan diproduksi sepenuhnya oleh White di Third Man Studio di Nashville, Tennessee pada 2023 dan 2024.
Jack White memproduksi album No Name secara solo dan melakukan mixing bersama Bill Skibbe. Menampilkan kontribusi dari istri White, Olivia Jean, yang memainkan bass dan drum dalam beberapa lagu, serta putri White, Scarlett, yang memainkan bass pada “Archbishop Harold Holmes” dan “Underground”.
No Name, tentu saja, akan selalu dibandingkan dengan album-album The White Stripes. Meskipun memiliki kenaifan yang sama dengan band yang ia bubarkan pada 2011 tersebut, nuansa album ini tidak terlalu kaku dan lebih marah.
No Name bukanlah album berlabel “back to roots”. Melainkan kelanjutan dari hibridisasi tanpa akhir antara musik akar Amerika dengan aliran garage punk yang kumuh. Karier solo Jack White mungkin semacam kotak Pandora dari kegaduhan sonik yang telah lama terbuka, tapi ia tidak pernah meninggalkan akarnya. Jika ada, album ini adalah gambaran dekat dari sound gitar lebih padat yang telah ia buat sejak meninggalkan The White Stripes.
Jack White mengacungkan naluri anehnya untuk memperkuat sihir gitarnya ke tingkat yang lebih tinggi. Berdurasi kurang dari 43 menit, album ini terasa seperti potongan lama dari tahun 1970-an. Ya, gaya Jack White sangat dipengaruhi oleh riff gitar rock 70-an yang kasar dan progresif.
Album ini diawali dengan gaya rock n’ roll seksi pada “Old Scratch Blues” yang menawarkan riff gitar Jack White yang terdengar mewah namun kasar. Beralih ke elemen hard rock Led Zeppelin pada “Bless Yourself”, kita akan terhanyut dalam alunan metal melodius.
Beralih dari cepat ke stabil, “That’s How I’m Feeling” mengalir dalam balutan rock garage dan jauh lebih apik dibandingkan dengan lagu-lagu sebelumnya. “It’s Rough on Rats (If You’re Asking)” tetap pada jalurnya dengan blues yang terdistorsi dan ingar-bingar serta solo gitar Jack White yang nyaring dan tidak terkendali.
Dilanjutkan dengan salah satu sorotan album ini, “Archbishop Harold Holmes” yang menampilkan Jack White “berkhotbah” tentang akhir zaman dengan cara nge-rap. “Bombing Out” membuat kita terus bergolak dalam gema The White Stripes awal, hanya untuk “What’s the Rumpus?” yang membawa kita lebih bersemangat satu atau dua tingkat.
Album ini berlanjut dengan percaya diri dalam semangat yang sama pada “Tonight (Was a Long Time Ago)”, hingga kita sampai pada “Underground” yang membawa kita kembali ke suara khas Jack White yang eksentrik dan ikonik.
Tema lirik tentang kebebasan, spiritualitas, pulang kampung (baik secara emosional maupun fisik), semuanya muncul beberapa kali. Sementara itu, “It’s Rough on Rats (If You’re Asking)” memiliki pandangan unik tentang keadaan dunia saat ini di sekitar paduan suara besar yang terinspirasi Led Zeppelin.
No Name layak mendapat pujian. Tetapi yang lebih penting, album ini pantas didengarkan tanpa henti. Setiap pengulangan album ini mengungkap beberapa bongkahan emas kejeniusan yang mungkin terlewatkan pada pendengaran sebelumnya, dan perjalanan yang Jack White lakukan pada kita harus dihargai dan dinikmati. Dengarkan setiap licks gitar dan entakan drum dalam album ini. Dan biarkan suara-suara itu membawa kita ke tempat dan waktu lain.