Kehadiran album terbaru Pearl Jam, Dark Matter, yang dirilis 19 April 2024 membuat para penggemar lama Eddie Vedder, Jeff Ament, Stone Gossard, Mike McCready, dan Matt Cameron bisa bernapas lega. Penyebabnya, mereka menemukan banyak hal dalam album yang diedarkan label Monkeywrench Republic serta didistribusikan oleh Universal Music ini.
Dark Matter adalah gabungan nada impulsif dari No Code, agresi mentah dari Vs., dan isian gitar provokatif dari Yield. Segala hal yang menjadikan Pearl Jam sebagai kekuatan dominan dalam industri musik selama lebih dari tiga dekade, ada di sini.
Album studio kedua belas Pearl Jam ini menghidupkan kembali cinta penggemar yang sempat hilang dalam beberapa tahun terakhir. Setelah Pearl Jam seperti mengalami krisis identitas ketika merilis album Binaural (2000), Riot Act (2002), dan Self-Titled (2006).
Sempat kembali ke ‘jalan yang lurus’ dalam Backspacer (2009), namun kemudian malah menampilkan elemen-elemen kebaruan yang tidak perlu dalam Lightning Bolt (2013) dan mencoba bereksperimen melalui Gigaton (2020).
Ketika membandingkan karya baru ini dengan karya album Pearl Jam sebelumnya, tampaknya ada suasana baru yang direvitalisasi di dalam kamp mereka kali ini. Selain itu, setiap lagunya memiliki tujuan masing-masing dalam menciptakan karya album yang sangat bertenaga.
Sejak nomor pembuka, “Scared of Fear”, Pearl Jam langsung berlari kencang dengan intensitas membara. Bahkan, ada bebunyian live yang mengandung unsur punk dalam “React, Respond”, “Wreckage”, dan “Dark Matter”.
Album Dark Matter tidak mengandung ‘lemak’. Entah karena sadar akan kritikan terhadap Gigaton atau tidak, pastinya Pearl Jam berhasil mengembalikan ketajaman inti dari setiap lagu di dalam album ini. Dan itu adalah keputusan terbaik yang diambil Eddie Vedder dkk.
Saat mencapai setengah jalan, lagu terpanjang dalam album ini, “Upper Hand” yang berdurasi hampir enam menit, muncul dengan outro lezat penuh dengan riff gitar bertempo cepat. Sementara itu, “Waiting for Stevie”, yang lahir dari sesi album solo Eddie Vedder, jadi lagu yang membuat kita merinding. Menghidangkan getaran “Given To Fly” sebelum Mike McCready meledak dengan solo gitar berdurasi hampir 90 detik. Mungkin bisa disamakan dengan “Alive”, ya.
Adapun “Something Special” mungkin akan membuat pendengar sedikit meringis lantaran beberapa liriknya cenderung terdengar pasaran. Lagu yang ditulis untuk putri Eddie Vedder tersebut masuk ke wilayah yang lebih sentimental, di mana sang vokalis mengungkapkan isi hatinya saat dia merenungkan peran sebagai ayah.
Sementara itu, “Got to Give” menonjol dengan kemunculan piano yang langka, di mana perpaduan antara gitar serak dan kord piano yang cerah memunculkan rasa membangun harapan. Dan saat kord terakhir pada gitar akustik dibunyikan dalam “Setting Sun” membuat kita terdiam. Kita menyadari bahwa satu-satunya hal yang perlu dilakukan saat ini adalah menekan tombol play dari awal lagi.
Album ini, keseluruhan, merupakan pengingat akan kekuatan abadi Pearl Jam. Bagi penggemar yang sempat berpaling selama bertahun-tahun, sebaiknya segera menyambut Pearl Jam lagi.