Apa kamu pernah merasa kesulitan untuk membahasakan perasaan saat menulis lagu?
Pernah. Kan kadang-kadang bahasa yang apa adanya terdengar cheesy ya, di lagunya jadi ‘geli’ gitu. Terkadang aku butuh banyak waktu untuk mencari alternatifnya, agar aku bisa ngomongin ini tapi dengan cara yang lebih estetik.
Adakah strategi khusus untuk memviralkan lagu-lagumu?
Nggak ada sih, menurut aku semua bonus. Jadi sejauh ini aku hanya menuliskan karya-karya yang kemungkinan aku akan dengarkan juga. Aku mencoba membuat musik yang mirip dengan musik-musik yang aku dengarkan. Kira-kira seumuran aku dengerinnya musik apa ya. Dan kebanyakan yang aku tulis mungkin cerita-cerita yang orang-orang selama ini nggak bisa ungkapkan dengan kata-kata. Ya itu, formula nggak ada, tapi sebisa mungkin orang itu bisa merasa terwakilkan sama lagu aku.
Dari semua karyamu, apakah semuanya berangkat dari pengalaman personal?
Itu kombinasi. Ada dari pengalaman pribadi, ada yang nggak, jadi dalam satu lagu bisa 50 persen pengalaman pribadi, bisa 90 – 10, jadi ya gitu lah, macam-macam. Ada yang pengalaman pribadi, tapi nggak semua.
Adakah rencana untuk membuat lagu-lagu non-galau?
Selalu ada dalam plan untuk membuat lagu yang nggak galau pasti. Kebetulan aja yang kemarin albumnya itu semua satu tema kan, tapi mungkin aku rasa lagu track terakhir yang “Untungnya, Hidup Terus Berjalan” bisa mungkin menjadi transisi juga ke album berikutnya aku membuat yang lebih tidak terlalu galau, itu bisa lah.
Kamu ingin dikenal sebagai sosok penyanyi yang seperti apa?
Aku ingin dikenal sebagai penyanyi yang apa adanya, yang ya udah kayak bikin lirik ya, nggak terlalu yang muluk-muluk. Ya udah apa adanya aja.