Penggemar K-pop Desak HYBE Setop Praktik ‘Penjualan Kotor’ yang Tak Ramah Lingkungan 

Tren taktik penjualan album tidak hanya terjadi di industri K-pop. Ikon musik global seperti Taylor Swift telah menghadapi kritik atas praktik serupa.
HYBE
Para penggemar K-pop beraksi menolak praktik penjualan album dari HYBE telah menambah polusi plastik secara signifikan di planet bumi.
Dok. Kpop4Planet

Perusahaan hiburan K-pop menggunakan taktik ‘penjualan kotor’, seperti menjual photocard secara acak, melakukan sistem undian untuk fansign, dan mengeluarkan beberapa versi album, yang mendorong penggemar melakukan pembelian secara massal.

HYBE, perusahaan hiburan K-pop terkemuka dengan total aset 5.25 triliun won Korea atau setara Rp60 triliun, adalah salah satu perusahaan yang menggunakan taktik penjualan yang merugikan. Label rekaman yang menaungi BTS ini menunjukkan peningkatan 77,9% dalam penggunaan plastik untuk produksi album antara tahun 2022 sampai 2023. Dan the Korea Institute of Corporate Governance and Sustainability (KCGS) menilai kinerja ESG HYBE memiliki nilai terendah dalam kategori lingkungan dibandingkan tiga perusahaan hiburan besar lainnya seperti SM, YG, dan JYP. 

Menanggapi, para penggemar K-pop berkumpul baru-baru ini di depan kantor pusat HYBE di Seoul, Korea Selatan untuk mendorong praktik-praktik penjualan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam industri K-pop. Aksi kampanye “Plastic Album Sins” ini dilakukan oleh Kpop4Planet, gerakan iklim untuk dan dari penggemar K-pop yang mencintai Bumi dan idola K-pop mereka. 

“Dengan krisis iklim yang semakin memburuk, November 2024 nanti kota Busan di Korea Selatan akan menjadi tuan rumah dari perundingan penting yaitu negosiasi antarpemerintah atau Intergovernmental Negotiating Committee ke-lima (INC-5) untuk membahas dan menghasilkan perjanjian yang mengikat secara hukum internasional mengenai polusi plastik. Sangat miris, industri hiburan yang menjadi salah satu pendorong ekonomi Korea Selatan tetap mempraktikan penjualan yang meningkatkan volume sampah polusi plastik dan ikut menyumbang emisi di planet bumi,” kata Dayeon Lee, juru kampanye Kpop4Planet, dalam keterangan resmi yang diterima Billboard Indonesia, Kamis, 5 September.

Para penggemar K-pop berkumpul di depan kantor pusat HYBE di Seoul mendorong praktik-praktik penjualan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dalam industri K-pop.
Dok. Kpop4Planet

“Industri K-pop tidak akan seperti sekarang ini tanpa penggemar, jadi kami berharap HYBE akan mendengarkan suara penggemar, dan kami tidak akan berhenti sampai kami mendengar jawaban HYBE atas tuntutan kami untuk mengakhiri taktik pemasaran album yang menyesatkan,” lanjut Lee.

Kpop4Planet pada Agustus 2024 melakukan jajak pendapat secara daring yang diikuti lebih dari 12.000 penggemar K-pop di Korea Selatan dan seluruh dunia. Para penggemar menyerukan kepada industri hiburan untuk mengakhiri praktik yang mendorong penggemar untuk membeli album secara massal. Sebanyak 42,8% partisipan memilih bahwa penggunaan album K-pop sebagai alat undian untuk mengikuti acara fansign dengan idola merupakan taktik penjualan terburuk dari perusahaan hiburan seperti HYBE.

Sebelumnya pada Maret 2024 survei serupa yang diikuti 14,000 penggemar global dan Korea Selatan menunjukan bahwa 36,5% penggemar K-pop merasa tertekan membeli beberapa album untuk mengumpulkan photocard – foto anggota grup K-pop secara individual yang ditambahkan ke dalam paket album CD, sementara 27,7% membeli album untuk meningkatkan peluang mereka menghadiri acara eksklusif seperti fansign bersama artis idola mereka. Data ini menggarisbawahi perlunya perubahan mendasar dalam taktik penjualan album K-pop. 

Kpop4Planet telah mengirimkan surat terbuka kepada HYBE, menyampaikan suara penggemar dan menuntut perusahaan itu menghentikan taktik penjualan yang memaksa penggemar membeli beberapa salinan album fisik yang sama. Hingga saat ini, HYBE belum memberi tanggapan.

Sebuah laporan dari  parlemen Korea Selatan pada 2022 memyebut, jumlah sampah plastik yang dihasilkan oleh perusahaan hiburan mengalami peningjatan 14 kali lipat dalam enam tahun terakhir. Sekarang mungkin era baru bagi streaming digital, tetapi penjualan album fisik K-pop tetap melonjak selama satu dekade terakhir dengan lebih dari 116 jut album fisik terjuak dengan 400 album pada 2023.

Sejak kampanye “No K-pop on a Dead Planet” yang digagas Kpop4Planet pada 2021, industri K-pop mengambil beberapa langkah tentatif menuju keberlanjutan yang mengutamakan solusi semu. Namun, upaya-upaya ini, seperti penggunaan kertas ramah lingkungan, perilisan album secara digital, dan photocard yang dapat dilarutkan, sebagian besar tidak berhasil mengatasi akar penyebab sampah plastik yang berlebihan.

“Upaya yang telah dilakukan baru-baru ini (menggunakan tinta kedelai, atau bahan daur ulang lainnya untuk album) juga menunjukkan bahwa perusahaan tidak benar-benar memahami apa yang diinginkan penggemar. Perusahaan hiburan harus mengubah cara penggemar dapat mengakses acara fansign dan mengembangkan sistem lain yang tidak akan mendorong penggemar menghasilkan sampah hanya untuk melengkapi koleksi photocard  mereka,” ujar Mathieu Berbiguier, penggemar ENHYPEN dan Asisten Profesor Tamu Studi Korea di Universitas Carnegie Mellon, Amerika Serikat.

Tren taktik penjualan album tidak hanya terjadi di industri K-pop. Ikon musik global seperti Taylor Swift telah menghadapi kritik atas praktik serupa, sementara artis lainnya Billie Eilish secara lantang mengecam industri hiburan yang lebih mengutamakan angka penjualan daripada tanggung jawab lingkungan.

Sementara itu, JM dari ENHYPEN Engene Indonesia menyampaikan, saat ini album musik harganya semakin mahal dibandingkan beberapa tahun lalu. Perusahaan K-pop juga mengadakan lebih banyak acara, baik offline maupun online, yang mengharuskan penggemar membeli album sebanyak-banyaknya untuk mengamankan tempat di acara tersebut dengan harapan penggemar berpartisipasi untuk bertemu artis favorit mereka. 

“Perilaku membeli banyak album secara terus-menerus dapat merusak lingkungan tempat kita tinggal saat ini. Saya berharap perusahaan K-pop, industri K-pop, dapat menemukan cara agar penggemar terus mendukung artis favorit mereka tanpa merusak lingkungan,” ujar dia.

Min Nona dari BTS ARMY Indonesia menambahkan, untuk hidup nyaman di Bumi sambil mendukung karya seni idolanya, ia berharap perusahaan hiburan mulai mempertimbangkan dampak dari sampah album plastik dan taktik pemasaran mereka yang berlebihan. 

“Sebagai seorang ARMY, saya percaya HYBE, dengan jutaan pengikutnya, dapat memimpin jalan menuju Bumi yang lebih baik dengan mengambil langkah berani untuk mengurangi sampah album plastik. Ini akan menjadi langkah yang besar dan positif, seperti lagu-lagu yang telah berdampak positif pada diri kita dan kehidupan kita melalui para idola kita,” ia berpendapat.

Adapun Ahmad Wardhana dari Super Junior ELF Indonesia mengungkapkan, melihat ribuan album plastik dibuang sangat menyedihkan, karena butuh ratusan tahun agar plastik-plastik tersebut terurai.

“Saya berharap perusahaan hiburan, bersama dengan suara para penggemar, ikut ambil bagian untuk mengakhiri masalah sampah dari pembelian album massal karena akan mempengaruhi kehidupan kita dan Bumi kita.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

 

PMC

Billboard Indonesia is published under license from Penske Media Corporation. All rights reserved.
Billboard name and logo used by permission of Penske Media Corporation.
Powered by TNGR