The post Mengulik Proses Kreatif Bermusik Seorang Bernadya first appeared on Billboard Indonesia.
]]>Bernadya dalam beberapa waktu belakangan ini ramai menjadi sorotan di industri musik, berkat lagu-lagunya yang mendadak booming dan trending di berbagai platform musik dan media sosial.
Belum lama ini, penyanyi dan penulis lagu asal Surabaya, Jawa Timur tersebut didapuk menjadi artis paling banyak didengarkan di Spotify dalam sehari di Indonesia pada 12 Agustus 2024. Di hari yang sama, album miliknya yang bertajuk Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan juga menjelma sebagai album yang paling banyak didengar dalam sehari di Indonesia.
Album debut penyanyi berusia 20 tahun ini sendiri telah melampaui lebih dari 100 juta streams di Spotify, dengan single utama “Kata Mereka Ini Berlebihan” yang melebihi 52 juta streams.
Di tangga lagu Hot 25 Indonesia rilisan Billboard Indonesia terbaru (ditayangkan 23 Agustus besok), Bernadya juga menempatkan tujuh lagunya. Bahkan enam di antaranya ada di 10 besar.
Sejak perilisan album tersebut, jumlah pendengar bulanan Bernadya di Spotify mengalami peningkatan dua kali lipat hanya dalam waktu dua bulan. Hal ini semakin memperkuat eksistensinya di kalangan pendengar. Tidak hanya sampai di situ, Bernadya juga berada di posisi teratas Spotify Top Weekly Artists Indonesia selama dua minggu berturut-turut, menegaskan posisinya sebagai salah satu artis musik terpopuler di Indonesia.
Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan hadir dengan pendekatan yang misterius melalui dominasi visual berwarna hitam yang mempertegas kegundahan, kekecewaan, dan amarah yang membalut sisi melankolisnya.
Album yang berisi delapan lagu ini memuat beberapa fase di dalamnya. Fase heartbreak yang menjadi awal keresahan, dicurahkan pada lagu “Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan”, “Kata Mereka Ini Berlebihan”, “Lama-Lama”, dan “Kita Kubur Sampai Mati”.
Dilanjutkan fase kedua dengan “Ambang Pintu” dan “Berlari” yang menandakan self doubt dalam diri kita. Hingga akhirnya proses realization yang menjadi fase ketiga diantar oleh lagu “Kini Mereka Tahu” dan “Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan” yang menutup perjalanan ini.
The post Mengulik Proses Kreatif Bermusik Seorang Bernadya first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post “Asmaralaya”, Perayaan Kekuatan Transformatif Cinta Marcello Tahitoe first appeared on Billboard Indonesia.
]]>Marcello Tahitoe atau yang akrab disapa Ello melepas single baru bertajuk “Asmaralaya” via MK Records pada 16 Agustus 2024.
“Asmaralaya” adalah ode tulus untuk romansa yang memabukkan antara dua kekasih, menangkap esensi dari persatuan mereka yang penuh kebahagiaan.
Dalam keterangan yang diterima Billboard Indonesia, Jumat, 16 Agustus 2024, dijelaskan, judul “Asmaralaya” yang diambil dari bahasa Jawa, berarti “surga” atau “penghuni surga” yang sempurna. Benar-benar mencerminkan tema lagu ini.
“Asmaralaya” menggambarkan cinta yang begitu mendalam dan murni, sehingga mengangkat pasangan tersebut ke alam surgawi, di mana hubungan mereka melampaui duniawi dan menyentuh ilahi.
Lirik “Asmaralaya” merajut narasi puitis tentang gairah dan pengabdian, melukiskan gambaran hidup tentang dua jiwa yang terjalin dalam cinta yang terasa seperti surga.
Saat dua insan menjalani suka dan duka dalam hubungan mereka, cinta mereka tetap menjadi sumber kebahagiaan dan kenyamanan yang konstan, serupa dengan sifat tenang dan abadi dari surga.
Vokal penuh jiwa Marcello Tahitoe dan penceritaan yang menggugah menarik pendengar ke dalam kisah cinta surgawi ini, memungkinkan mereka merasakan euforia dan keajaiban romansa yang membuat mereka merasa seolah-olah tinggal di surga dunia lain.
Melalui “Asmaralaya“, Marcello Tahitoe merayakan kekuatan transformatif cinta, menciptakan lagu abadi untuk semua yang pernah terpukau oleh keindahan cinta sejati. Pesan itu juga tergambar di video klip resminya, yang bisa ditonton di kanal YouTube resmi MK Records.
Marcello Tahitoe sendiri dikenal sebagai musisi berbakat yang pertama kali mencuatkan namanya di publik dengan image sebagai penyanyi R&B. Dalam beberapa tahun terakhir, ia juga sempat merambah ranah rock lewat album Jalur Alternatif (2016) dan Antistatis (2019).
Pada 28 Februari 2022, Dewa 19 mengumumkan Marcello Tahitoe sebagai vokalis baru band pop rock legendaris tersebut, menyusul kekosongan sejak hengkangnya Once Mekkel 11 tahun sebelumnya.
Sepanjang perjalanan kariernya, Ello menerima penghargaan Anugerah Musik Indonesia (AMI) untuk kategori Pendatang Baru Terbaik (2005), Album Pop Terbaik (2005), Karya Produksi R&B Terbaik (2005), Penyanyi Solo Rock Terbaik (2016), Penyanyi Solo Rock Terbaik (2019), Album Rock Terbaik (2021), dan Album Terbaik-Terbaik (2021).
Marcello Tahitoe lahir dan tumbuh dari keluarga musisi. Ia adalah putra dari musikus dan pengarang lagu berdarah Maluku Minggoes Tahitoe dan penyanyi pop legendaris berdarah Batak, Diana Nasution.
The post “Asmaralaya”, Perayaan Kekuatan Transformatif Cinta Marcello Tahitoe first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post Ailee Memenuhi Janji Konser Solo Perdana di Indonesia dalam “Ailee, I AM : HERE Live in JAKARTA” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>Sang “Vocal Goddess” Ailee siap memukau Jakarta dengan suara yang kuat dan penuh perasaan dalam konser “Ailee, I AM : HERE Live in Jakarta” persembahan IMAGIC Event x LOL Asia yang akan berlangsung di The Kasablanka Hall, tanggal 30 Oktober 2024 mendatang. Konser ini menandai penampilan solo pertama Ailee di Indonesia dan menjanjikan malam yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Amy Lee, yang dikenal secara profesional sebagai Ailee, memiliki karier yang luar biasa sebagai penyanyi dan penulis lagu, memenangkan Best Female Vocal Performance di Mnet Asian Music Awards (MAMA) empat kali berturut-turut. Penyanyi Korea-Amerika ini juga dikenal sebagai “OST Queen”, dengan lebih dari 30 kontribusi untuk berbagai K-drama dan Manhwa populer, termasuk “I Will Go to You” dari Goblin, “Breaking Down” dari Doom at Your Service serta “I Will Go To You Like The First Snow,” yang direkam untuk K-drama Guardian: The Lonely and Great God, yang menjadi rekaman terlaris dalam kategori film dan drama di industri rekaman Korea.
Bakat luar biasa Ailee juga bersinar di kompetisi musik bergengsi Korea Selatan, Immortal Songs, di mana ia telah menang 11 kali, mendapatkan gelar “Diva of Immortal Songs.” Selain itu, tur Korea Selatan 2023-nya, yang mencakup sembilan kota, semuanya terjual habis, menyoroti popularitasnya yang luar biasa.
Sejak debut di tahun 2012 dengan lagu hit “Heaven”, Ailee telah memiliki diskografi yang mengesankan dengan empat album studio, enam extended plays, dan dua puluh satu single, enam di antaranya masuk dalam lima besar di Gaon Digital Chart. Jakarta menonjol sebagai kota nomor satu untuk pendengar Ailee di Spotify, di antara 1,7 juta pendengar bulanan di seluruh dunia.
“Ailee, I AM: HERE Live in Jakarta” tidak hanya akan menampilkan bakat musik Ailee tetapi juga merayakan ikatan kuat yang ia bagikan dengan penggemar Indonesia. Konser ini menjanjikan pengalaman tak terlupakan yang penuh dengan deretan hits terbesar Ailee, koreografi energik, dan momen penuh perasaan.
Penjualan tiket konser ini akan dimulai pada hari Jumat, tanggal 23 Agustus 2024 pada pukul 15:00 WIB, dengan www.tix.id sebagai the official ticketing partner.
Berikut adalah sneak peek untuk layout venue-nya yang terbagi dalam beberapa kategori:
Super Aileens Red (VIP; Soundcheck & Group Photo)
Purple (CAT 1; Numbered Seating)
Pink (CAT 2; Numbered Seating)
Green (CAT 3; Numbered Seating)
Yellow (CAT 4; Numbered Seating)
Blue (Standing)
Stay tuned for more updates!
The post Ailee Memenuhi Janji Konser Solo Perdana di Indonesia dalam “Ailee, I AM : HERE Live in JAKARTA” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post Reality Club Keluar dari Zona Nyaman Melalui Single “Sunny Days” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>Reality Club membawa gebrakan baru, dengan rilisnya single anyar mereka yang bertajuk “Sunny Days”. Lagu ini rilis tepat setahun setelah mereka melepas album Reality Club Presents… yang mengantar mereka meraih dua piala AMI Awards.
“Sunny Days” diproduseri oleh grup musik asal Jakarta ini sendiri, bersama Wisnu Ikhsantama Wicaksana, dan dirilis di bawah naungan Dominion Records pada 26 Juli lalu.
Dibanding deretan karya Reality Club sebelumnya, bisa dibilang “Sunny Days” merupakan lagu paling pop yang pernah dibuat Fathia Izzati (vokal, kibor), Faiz Novascotia Saripudin (vokal, gitar), Nugi Wicaksono (bas, vokal) dan Era Patigo (drum) sejauh ini.
“‘Sunny Days’ adalah lagu tentang menghibur orang kesayangan. Kadang-kadang kita bisa merasa sedih saat melihat orang-orang lain berhasil dan arah hidupnya jelas, sementara kita sendiri tak sesukses itu atau serba tak menentu,” kata Faiz kepada Billboard Indonesia.
“Namun pesan utama lagunya adalah suatu hari kita pun akan bahagia. Jadi kalaupun hari ini gelap, tetaplah bersemangat, bersabarlah dan kita pun akan menemukan hari yang cerah. Kita bisa melewatkan masa-masa gelap, terutama jika bersama-sama.”
Fakta uniknya, sebetulnya lagu “Sunny Days” telah rampung diciptakan sejak 2021 lalu, saat proses pengerjaan album Reality Club Presents….
Karena di album tersebut, Reality Club berniat mengeksplorasi berbagai genre musik di luar indie rock yang mereka usung di dua album sebelumnya, yakni Never Get Better (2017) dan What Do You Really Know? (2019), maka muncul pula “Sunny Days” yang terinspirasi oleh lagu-lagu pop yang mereka dengar ketika itu.
“Waktu itu kami mendengar Doja Cat, Ariana Grande dan SZA. Karena memang album ketiga objektifnya adalah eksplorasi banyak genre, maka kami mencoba yang belum pernah kami lakukan,” kata Faiz yang bahkan mengisi bagian rap di “Sunny Days”.
Namun di saat memutuskan lagu-lagu apa saja yang akan masuk album Reality Club Presents…, “Sunny Days” tidak lolos seleksi.
“Dibanding lagu-lagu yang lain, ‘Sunny Days’ yang paling berada di luar zona nyaman kami dan sangat bukan kami rasanya, walaupun ini tipe lagu yang kami dengar di 2021. Jadi kami kurang percaya diri dan menyimpan dulu lagunya, sedangkan 10 lagu lainnya masuk Reality Club Presents…,” kata Fathia meyakinkan.
“Tetapi kemudian kami berubah pikiran karena masih merasa lagu ini bagus dan layak dirilis.”
Setelah memantapkan keputusan, akhirnya lagu ini baru dirilis di penghujung musim panas 2024 karena pas untuk suasana cerah. Mereka bahkan sempat mempromosikannya dengan membawakan sepotong “Sunny Days” untuk pertama kali saat tampil di panggung utama festival We The Fest pada 21 Juli lalu.
“Kami coba mainkan pas sedang latihan untuk We The Fest dan ternyata ketagihan,” seru Era. Nugi menambahkan, “Yang jelas akan kami sempurnakan dulu untuk pertunjukan panggung.”
Selain karena pas dengan suasana musim panas, ada alasan lain di balik Reality Club melepas “Sunny Days” sekarang. “Kami sudah mulai bergerak ke era album keempat, jadi kami ingin menutup era Reality Club Presents… ini dengan lagu-lagu yang belum dirilis,” kata Faiz.
“Jadi mungkin akan ada lagu-lagu lagi dalam waktu dekat.”
Lagu “Sunny Days” milik Reality Club dapat dinikmati di berbagai digital streaming platform. Adapun, musik video yang disutradarai Baday Rayhan juga tersedia di kanal YouTube resmi mereka.
The post Reality Club Keluar dari Zona Nyaman Melalui Single “Sunny Days” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post “Silakan”, Astrid Kembali Galau first appeared on Billboard Indonesia.
]]>Astrid, yang dikenal dengan lagu-lagu pop ballad yang mellow, kembali dengan single anyar bertajuk “Silakan” pada 28 Juni 2024. Melalui single ini, penyanyi solo perempuan kelahiran Surabaya, Jawa Timur ini menggoreskan babak baru sebagai musisi independen lewat dukungan Infinity Music Group.
Mengawali karier di bawah naungan label rekaman Sony Music Indonesia ketika ia mendapatkan pengakuan yang signifikan, dan kemudian beralih ke My Music, Astrid kini terlihat nyaman mengeksplorasi kebebasan berkreasi dan ekspresi pribadi dalam karyanya.
Dikemas dengan vokal khas Astrid yang santai dan menyentuh hati, single “Silakan” bertujuan untuk menarik perhatian pendengar secara mendalam. Diciptakan oleh Zack The Jackman dengan kontribusi lirik dari Astrid, “Silakan” semakin diperkuat oleh talenta produksi Adrian Martadinata dan Ivan Dewanto yang sukses mengukuhkan beban emosi, kesedihan, dan sakit hati seseorang yang ditinggalkan kekasihnya.
Perempuan bernama lengkap Astrid Sartiasari ini memulai karier musiknya pada 2003 dan kali pertama dikenal publik lewat single “Ratu Cahaya” yang bersemayam dalam album soundtrack film Tusuk Jelangkung. Melalui album debut self-titled yang dirilis satu tahun berselang, popularitasnya melonjak dengan kehadiran single “Jadikan Aku yang Kedua” pada 2007.
Selama bertahun-tahun, Astrid merilis beberapa album sukses seperti Jadikan Aku yang Ke-2 (2007), Lihat Aku Sekarang (2010), dan Terpukau (2013) serta single hitnya antara lain “Mendua”, “Tentang Rasa”, dan masih banyak lagi. Selain bersolo karier, Astrid juga pernah berkolaborasi dengan berbagai artis, antara lain dengan Saint Loco dalam lagu “Kedamaian”, dan berduet dengan Tim Hwang, penyanyi ternama Korea dalam “Saranghamnida”.
Setelah merilis berbagai single cover, antara lain “Semua Tak Sama” milik Padi (September 2023) dan “Tak Ingin” dari Wong (Desember 2023), Astrid kini kembali menggalau lewat “Silakan”. Lagu tersebut mengusung tema kesedihan dan patah hati seorang perempuan, yang menggambarkan perasaan menyerah sekaligus pasrah saat pasangannya memutuskan untuk pergi. Namun, terlepas dari rasa sakit dan ketidakpastian, dia bertahan dan mendoakan kebahagiaan untuknya.
Lebih jauh tentang single terbaru Astrid, “Silakan”, simak wawancara eksklusif Billboard Indonesia dengan penyanyi yang juga pernah berduet dengan Andi /rif dalam lagu berjudul “Ku Mau Kamu Selamanya” dan berkolaborasi dengan band Cokelat di lagu “Wajar” ini.
Apa yang membuat single “Silakan” spesial buat Anda?
Ini single yang dari awal bikin sampai rekaman konsepnya dipikirkan banget. Istilahnya, aku harus bertanggung jawab. Kalau dulu kan kebiasaan di label udah tau beres. Udah tinggal nyanyi aja. Kalau sekarang, kontribusi aku lebih (banyak). Dari lagu pun, meskipun bukan aku yang menciptakan, aku ikut “mengacak-acak”. Sangat terlibat. Untungnya, yang bikinnya enggak masalah dengan hal itu, jadi akunya ikut ngonsepin juga sampai buat video klipnya juga. Sebetulnya agak-agak deg-degan sih. Aku pengin jadi sesuatu di lagu ini. Tahun lalu itu kan aku ngerilisnya single-single cover gitu. Lagu “Semua Tak Sama” Padi sama “Tak Ingin” Wong. Nah, jadi, single baru ini benar-benar lagu baru. Jadi agak deg-degan.
Bisa jelaskan dengan istilah “mengacak-acak” yang Anda maksud?
Iya. Sebetulnya secara melodi vokal, lagu “Silakan” ini masih sama dengan versi yang awal. Tapi, dari sisi lirik ada penambahan dan pergantian, dan aku yang eksekusi. Ya, pengin lebih jelas aja. Lirik awalnya baru sepotong, jadi aku melengkapi. Ini lagu karya Zack. Ini lagu yang dia ciptakan udah lama. Kata dia, waktu dia bikin lagu ini, dia ngerasa lagu ini cocok buat saya. Pas saya coba nyanyi, ternyata memang pas.
Saat Anda menambahkan lirik ke dalam lagu ini, apakah temanya jadi disesuaikan dengan kisah pribadi Anda?
Aku kalau denger lagu yang bakal aku bawakan atau rilis pasti aku juga harus tahu ini lagu tentang apa. Makanya itu kemarin banyak penyesuaian lirik. Aku rasa, aku pernah mengalami apa yang ada dalam lirik lagu ini ya, waktu zaman dulu. Ini kan ceritanya tentang ketika pasangan kita sudah tidak ada rasa lagi sama kita. Aku sempat bertanya-tanya; “Memang ada ya pacaran enggak ada rasa? Apa bosan atau apa?” Tapi, oh ternyata aku ngerasa pernah ngalamin ini. Lagu ini kan tentang “Aku yang ditinggalin”. Aku korbannya. In real life, aku pernah ngerasa seperti itu. Dan ternyata, ini hal umum ya. Dalam pernikahan pun ada. Tapi aku belum ngalamin, loh… Ternyata, ada ya hubungan yang tiba-tiba enggak ada rasa? Dan akhirnya, ya sudahlah, kita relakan saja. Kita ikhlaskan aja biar dia bahagia. Mungkin dengan orang lain atau apa lah.
Perbedaan mencolok single ini dengan single-single sebelumnya?
Sebetulnya sama sih. Pop ballad… Cuma, memang dari beberapa tahun terakhir ini aku tidak mengeluarkan karya yang seperti ini lagi. Jadi sejak sama label My Music aku kan sendirian (independen), nah aku agak bereskperimen dengan lagu-lagu yang “enggak Astid yang biasanya”. Ada lagu yang judulnya “Melawan Arus Jakarta”, itu tentang isu sosial. Dan sekarang ini aku kembali ke roots aku, yang galau gitu. Sebetulnya, mungkin pendengar akan bilang “Astrid memang bakal begini lah”, cuma aku agak terkejut waktu lagu aku yang “Mendua” yang dirilis beberapa tahun yang lalu itu meledak lagi di TikTok. Aku juga enggak ngerti, kok bisa gitu? Berarti, ini penggemar aku yang lama yang sedang bernostalgia. Tapi, kok bisa kembali viral? Ternyata, tema itu yang sedang dialami mereka. Yang diduakan lah, yang apa lah… Lagu “Silakan” ini sebetulnya bisa dibilang kelanjutan dari “Mendua” itu. Ya kebetulan aja sih lagu itu (“Mendua”) meledak lagi, dan aku udah mau ngeluarin lagu ini (“Silakan”).
Ada referensi tertentu saat menggarap single ini?
Lebih ke pengalaman aja. Aku kan udah lumayan lama juga ya nyanyi, ada 20 tahun kali ya. Jadi ada, misalnya, cara nyanyi pada saat rekaman ada yang dibikin berbeda dari sebelumnya. Kalau lagu yang galau ini kan sebetulnya udah biasa (buat aku). Cuma, aku pengin ada sedikit yang beda. Jadi, lirik per lirik itu benar-benar dikulik banget.
Perbedaan cara bernyanyi yang seperti apa?
Sebetulnya bukan karakter ya… karena itu akan tetap sama. Tapi lebih ke range. Kalau dulu aku selalu ambil nada tinggi. Tapi bawahnya enggak dapat. Kalau sekarang, bawahnya dapet. Jadi justru malah lebar. Akhirnya, karena bawahnya dapet, jadi nyaman di sini aja. Sebetulnya itu harus dilatih terus kan. Cuma, karena akhirnya membawakan lagu-lagu yang nyaman di range vokal bawah, jadi kebawa terus, yang tingginya ya kadang-kadang aja. Karena lagu-lagu aku juga kan kadang-kadang dari nada rendah ke tinggi juga. Kalau dulu kan di atas terus, bawahnya enggak kesentuh. Waktu Edwin (gitaris band Cokelat) ngajakin aku kolab karena Aiu (Ratna, vokalis aat itu) lagi cuti ngelahirin, awalnya juga aku enggak berani. Karena memang vokal aku juga udah berubah. Kalau 10 tahun sebelumnya mungkin aku berani karen hype-nya masih gimana ya… ngerock-nya dapet. Sekarang mah udah enggak. Tapi, menyenangkan sih. Aku kan biasanya solo. Dan sama band ternyata vibe-nya beda.
Pengalaman berharga apa saja yang Anda dapatkan selama proses penggarapan single ini?
Aku memang ingin bekerja sama dengan orang yang sudah aku kenal. Biar nyaman. Dan dia udah tahu maunya aku kayak apa. Jadi aku dibantuin sama Adrian Martadinata (Samsons) dan Ivan Dewanto. Kebetulan mereka itu sudah kerja bareng sama aku sejak lama. Awalnya mereka itu pengiring aku. Pastinya selama menggarap single ini banyak belajar ya akunya. Menarik juga teryata, kerena sebelumnya aku tau beres aja. Sekarang, benar-benar mikirin sedetail mungkin. Jadi, banyak brainstorming sama temen-temen sendiri itu jadi banyak ide yang muncul. Apalagi sekarang kan semuanya serba konten ya. Jadi kita bikin ini, bikin itu. Saya bersyukur banget mereka support, bisa mengakomodir apa yang aku mau.
Ada kendala selama proses penggarapannya?
Tidak ada kendala apapun karena kami menyesuaikan dengan timeline. Dan Brainstorming-nya sudah dilakukan lebih dulu sejak lama. Kalau lagunya kan sudah tercipta sejak 2023. Tapi, baru melakukan penyesuaian lirik itu pada April kemarin (2024).
Apakah “Silakan” jadi petunjuk bakal ke mana arah album Anda berikutnya?
Kemarin sempat terpikir soal album, karena sudah terlalu lama ngerilis single terus. Tapi, masih belum tau ya. Seandainya aku menemukan lagu lagi, apakah lagu itu masih bisa masuk ke album? Karena penginnya album aku itu kan nantinya satu kesatuan. Jadi, aku masih belum bisa cerita soal album.
Ekspektasi Anda dengan dirilisnya single ini?
Semoga lagu ini jadi sesuatu lagi, karena banyak pendengar lama aku penginnya lagu baru aku itu galau kayak dulu. Itu yang mereka kangenin. Jadi, aku berharap, lagu ini sesuai dengan apa yang mereka mau. Bukan hanya ngikutin kemauan mereka ya, tapi di sini juga akunya puas. Secara lagunya dipikirin banget. Semoga saja dengan lagu ini aku ketemu lagi sama pendengar lama aku. Bernostalgia, sekalian mendengarkan lagu baru. Karena pendengar aku yang lama itu taunya lagu lama aja, mereka udah enggak notice sama lagu-lagu baru aku. Kalau Gen Z, aku enggak bisa menebak mereka. Aku masih menargetkan pendengar aku yang zaman dulu. Tapi, karena kemarin lagu “Mendua” juga relate sama Gen Z, aku berharap lagu ini kebawa juga. Karena ini memang sekuel dari kisah dalam lagu “Mendua”.
Rencana terdekat setelah ini?
Selain promosi single “Silakan”, sebetulnya aku ada project lagi yang agak berbeda dari Astrid. Ini project aku sama Adrian Martadinata, enggak menggunakan nama Astrid. Tapi, pakai nama Incircle. ya. Ini project suka-suka yang pokoknya kami berdua kayak ingin keluar dari kebiasaan kami. Memang beda banget sama Astrid. Rencana awal sebetulnya aku sebagai Astrid mengeluarkan musik yang seperti itu. Tapi, beberapa kali nyobain, enggak kesampaian. Kalau menargetkan pendengar Astrid, itu enggak bisa. Jadi, kami bikin Incircle. ini dan sudah rilis satu single (“Lost In A Maze”) Mei kemarin. Kami bahkan sudah menyiapkan album mini (EP). Materinya sudah banyak. Selain itu, ada juga project dengan band dari label Musica. Nanti deh, tunggu aja.
Menengok ke belakang. Apa hal penting yang Anda pelajari di awal karier yang membuat Anda jadi musisi seperti sekarang?
Mau enggak mau, jam terbang itu sangat memengaruhi. Pengalaman menghadapi berbagai macam audiens, karena audiens aku memang agak beragam ya. Kalau di festival itu gimana, di kafe gimana, di gathering company gimana. Jadi, dari yang aku lagi nyanyi mereka pulang ada, dari yang lagi nyanyi mereka makan ada. Waktu kolab sama Cokelat, sambutan audiens sebetulnya seru-seru aja, tapi ada beberapa yang secara langsung bilang dia ngerasa enggak cocok saat aku bawain lagu ini atau lagu itu. Misalnya bilang, “Kurang rock, Mba”. Tapi, ya enggak apa-apa sih. Itu hak mereka, kuping mereka. Jadi, mental aku juga ditempa. Yang awalnya baperan, jadi terbiasa.
Saat ini, bagaimana cara Anda beradaptasi dengan era digital?
Aku sempet kaget juga. Dulu kan kalau ngerilis single itu video klipnya akan ditayangkan di stasiun-stasiun TV, dan semua radio akan memutar single-nya. Aku tinggal duduk manis. Sekarang, udah enggak bisa kayak gitu. Justru, aku harus bikin konten terus. Itu aku agak kaget sebetulnya. Apalagi dengan media sosial TikTok, aku enggak paham awalnya, tapi kan aku mau enggak mau harus bisa. Untungnya aku dibantuin sama tim medsos aku. Aku belajar, sampai akhirnya bisa. Tapi, tetap sesuai idealisme aku. Aku enggak mau sampai jadi orang yang beda banget soal konten. Kalau jadi lucu-lucuan enggak jelas, itu kan bukan aku ya. Aku masih pengin tetep sebagai Astrid. Itu yang kadang-kadang suka berseberangan sama tim aku sendiri juga. Ada baik buruknya ya… Baiknya, kita jadi belajar banyak. Harus menyesuaikan, tapi jangan sampai kebablasan. Penginnya, tetap karya yang ditonjolkan.
The post “Silakan”, Astrid Kembali Galau first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post Voice of Baceprot Masuk Line-up SXSW Sydney first appeared on Billboard Indonesia.
]]>South by Southwest (SXSW) Sydney menambahkan 60 artis ke dalam program untuk edisi 2024. Salah satunya, trio hijaber rock asal Indonesia, Voice of Baceprot (VoB).
Tim pemrograman acara tersebut, Reg Harris dan Ruby Miles, memilih dari lebih dari 1.200 submission, di mana artis dari Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, India, dan banyak negara lainnya akan berangkat ke SXSW Sydney pada Oktober ini.
Band dream-pop asal Auckland, Phoebe Rings; unit surf rock Australia, The Grogans; band punk Sydney, The Buoys; artis cult shoegaze, RINSE; dan band rock Indonesia Voice of Baceprot adalah beberapa artis baru yang akan menampilkan musik mereka di SXSW Sydney tahun ini.
“Thrilled to be performing in the land down under for the first time this October! Touring alert! Stay tuned for updates!” kata Voice of Baceprot, mengumumkan penampilan mereka di SXSW Sydney melalui media sosial Instagram.
Dalam beberapa tahun terakhir, Voice of Baceprot kerap kali bermain di negara-negara Eropa seperti Prancis dan Belanda. Agustus tahun lalu, band ini bahkan melakukan tur pertamanya di Amerika Serikat dengan tampil di sembilan kota.
Adapun tahun ini, band yang digawangi oleh Firda Marsya Kurnia (vokal, gitar), Euis Siti Aisyah alias Sitti (drum), dan Widi Rahmawati (bass) ini dipastikan tampil untuk pertama kalinya di Inggris saat menyambangi Downstair At The Dome, London pada 26 Juni. Aksi mereka akan didukung oleh penampilan penyanyi/penulis lagu Australia, Tash.
Berselang dua hari, Voice of Baceprot bakal tampil di Glastonbury Festivals. Ini adalah salah satu festival musik dan seni pertunjukan terbesar di dunia yang kali ini bakal menampilkan Coldplay, Dua Lipa, Avril Lavigne, Keane sebagai headliner.
Baru-baru ini, band yang juga dikenal dengan nama VoB ini memang jadi sorotan media asing, salah satunya adalah New York Times. Dalam artikel berjudul, From a Heavy Metal Band in Hijabs, a Message of Girl Power, media yang berbasis di Amerika Serikat itu menceritakan perjalanan VoB. Dari band cover daerah yang memainkan lagu System of a Down sampai jadi band yang menggelar tur di Eropa dan Amerika Serikat.
VoB meluncurkan album debut bertajuk Retas pada 13 Juli 2023. Album ini berisi lagu yang mewujudkan tekad mereka dalam mengukir jalan sebagai band, musisi, dan sebagai perempuan mandiri.
Adapun di SXSW Sydney nanti, VoB bergabung dengan artis multi-hyphenate Ayesha Madon; rapper yang sedang naik daun J-MILLA dan Yung Milla, dan trio psych-rock Kolombia BALTHVS.
Dikutip Billboard Indonesia dari The Music Network, Selasa, 25 Juni, semua penampil akan beraksi di berbagai tempat dan institusi musik ikonik di Sydney mulai dari 14 sampai 20 Oktober. SXSW Sydney edisi perdana ini juga akan menampilkan rapper terkenal Chicago, Chance the Rapper, merayakan 50 tahun hip hop.
The post Voice of Baceprot Masuk Line-up SXSW Sydney first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post Sebuah Kolaborasi Epik Laleilmanino bersama Diskoria dan Cecil untuk Lagu “Djakarta” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>Sebuah kolaborasi epik datang dari Laleilmanino, Diskoria, dan Cecil dalam rangka perayaan hari ulang tahun Kota Jakarta ke-497 pada 22 Juni kemarin.
Ketiganya bersinergi mempersembahkan single berjudul “Djakarta” yang dirilis di bawah bendera Floor Inc., sebuah sub-label dari Sony Music Entertainment Indonesia.
Melalui lagu ini, Laleilmanino sengaja mengajak duo komposer Diskoria dan rapper Cecil Yang, untuk menggabungkan beragam genre musik, yang ditujukan sebagai representasi keberagaman penduduk Jakarta yang berasal dari macam-macam latar belakang.
Menurut Nino, salah satu personel Laleilmanino, lagu ini sendiri punya kisah personal baginya. Dalam keterangan resmi yang diterima Billboard Indonesia, ia mengatakan, “Lagu ini banyak mengambil kisah ayah yang merantau dari Kebumen ke Jakarta. Sebagai perantau, Ayah sering kangen kampung halaman dan pulang naik kereta.”
Di samping itu, lagu ini juga memotret suasana Jakarta yang begitu kompleks. Laleilmanino mencoba menyorot kebahagiaan warga Jakarta yang tak melulu diukur melalui materi.
Nino yang menggawangi departemen lirik mengatakan bahwa lirik-lirik seperti “senang bukan cuma harta” atau “hidup tak berdasi selalu bawa tawa” adalah pengamatan mereka saat berinteraksi dengan warga dari beragam kelas sosial.
Penyampaian makna dalam lagu ini tak hanya mereka narasikan melalui penggalan liriknya, melainkan turut menggambarkan Jakarta dengan memberi sentuhan musik tradisional Betawi.
Dalam eksekusi hal tersebut, mereka menggandeng Yusuf “Oeblet”, seorang pegiat musik tradisional yang juga guru musik Nino di masa berseragam putih abu-abu. Oeblet sendiri menggunakan alat musik gesek tradisional Betawi bernama Tehyan untuk mengisi beberapa bagian lagu.
“Lagu ‘Djakarta’ ini juga ingin kami jadikan sebagai ruang dan gelanggang bagi musik tradisional tampil menarasikan Jakarta. Maka, kami mengajak Pak Oeblet yang punya rekam jejak panjang di dunia musik tradisi untuk berkolaborasi di lagu ini,” tukas Nino.
Tidak hanya musik tradisional, kehadiran rapper muda Cécil Yang pun memberi sentuhan urban yang kental melalui warna hip-hop. Interaksi antara yang tradisional dan urban di single ini menjadi gambaran corak kehidupan Jakarta yang mentereng dengan kawasan urban, tapi juga dipenuhi kampung kota nan bersahaja.
Momen dirilisnya single “Djakarta” juga menjadi sejarah karena inilah pertama kalinya Jakarta merayakan ulang tahun dengan status barunya sebagai Daerah Khusus Jakarta (DKJ). Setelah 60 tahun menyandang status Daerah Khusus Ibukota (DKI) melalui Undang-undang nomor 10 tahun 1964, di tahun ini Jakarta melepaskan status khususnya tersebut.
“Laleilmanino merilis lagu ‘Djakarta’ di tahun ini sebagai kado sekaligus arsip memori Jakarta yang selama puluhan tahun telah menjadi Daerah Khusus Ibukota. Jakarta adalah rumah bagi jutaan orang selama menjadi ibukota. Single ‘Djakarta’ adalah kado kami bagi kota dan warga Jakarta,” pungkas Nino.
The post Sebuah Kolaborasi Epik Laleilmanino bersama Diskoria dan Cecil untuk Lagu “Djakarta” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post Cara Barasuara Berserah Diri Lewat Album “Jalaran Sadrah” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>Barasuara melepas album ketiga bertajuk Jalaran Sadrah melalui Hu Shah Records ke berbagai platform musik digital pada 21 Juni 2024. Album ini berisi sembilan karya terbaru band asal Jakarta tersebut, termasuk tiga lagu yang sudah lebih dulu dirilis.
Band yang digawangi Iga Massardi (vokalis, gitaris), TJ Kusuma (gitar), Marco Steffiano (drum), Asteriska (vokal), Gerald Situmorang (bas), dan Puti Chitara (vokal) ini sebelumnya melepas single “Terbuang dalam Waktu”, “Merayakan Fana”, serta “Fatalis” yang memenangkan piala AMI Awards 2023 untuk kategori Duo/Grup/Kolaborasi Rock Terbaik.
Kini, album Jalaran Sadrah hadir setelah melalui proses penggarapan sejak Januari 2021. Dalam keadaan tanpa manajer maupun perusahaan rekaman dan menuju satu tahun dirongrong pandemi Covid-19.
Kala itu, keenam anggota Barasuara berkumpul selama seminggu di sebuah vila di kawasan Puncak, Bogor untuk berkonsolidasi sebagai band serta menulis lagu baru dari nol maupun mengembangkan materi yang dibawa dari rumah.
Dari sana, berlanjutlah proses penulisan lagu serta bongkar pasang aransemen dan rekaman yang berlangsung secara berkala hingga awal 2024 di berbagai studio di Jakarta, termasuk di kantor Barasuara serta kediaman Iga, Marco, Gerald, dan TJ.
“Jalaran Sadrah artinya karena pasrah. Album ini terjadi, tertulis, terselesaikan karena pasrah. Kita pasrah dalam ketidakberdayaan. Dalam keputusasaan, dalam lemah dan kecilnya peran kita sebagai manusia yang akhirnya hanya bisa menerima takdir dan jalan-Nya,” kata Iga Massardi, menceritakan makna album baru Barasuara, dikutip Billboard Indonesia dari keterangan resmi.
Lirik dalam album Jalaran Sadrah yang mayoritas masih ditulis Iga tampak jelas terdampak berbagai hal kelam yang terjadi belakangan. Seperti “Fatalis” yang mengecam disinformasi yang merebak kala korban berjatuhan di masa pandemi, serta “Habis Terang” yang menanggapi pembunuhan massal yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
“Lagu-lagu di album ini banyak menceritakan tentang kematian dalam persepsi yang beragam. Ada yang merayakan, ada yang sinis, ada yang apatis, ada yang kontemplatif. Lalu ada juga lagu yang menceritakan tentang kepulangan rasa terhadap cinta yang sejati. Secara garis besar, banyak tema yang berkaitan tentang proses hidup, lahir, dan menjalankannya,” Iga menjelaskan.
Dalam album ini, Barasuara menggaet Erwin Gutawa yang merangkai aransemen orkestra untuk “Merayakan Fana”, “Terbuang dalam Waktu” dan “Hitam dan Biru” yang dieksekusi dengan megah oleh Czech Symphony Orchestra; serta Sujiwo Tejo yang menyumbang nyanyian syahdu berbahasa Jawa ke dalam lagu “Biyang”.
Hasilnya, Jalaran Sadrah jadi album Barasuara yang paling eklektik dengan berbagai hal baru yang turut memberi warna. Variasi penciptaan lagu pun jadi hal baru bagi Barasuara, sekaligus menunjukkan rasa saling percaya yang sudah terbangun selama satu dekade lebih.
“Ini album yang paling kolektif pengerjaannya, karena kami sudah sama-sama saling percaya dan tahu warna masing-masing,” kata Gerald. Di samping perannya yang semakin besar dalam menggubah musik Barasuara, “Hitam dan Biru” yang menggugah semangat merupakan komposisi Puti, sedangkan Asteriska menyumbang lirik yang lembut untuk “Biyang” dan “Terbuang dalam Waktu”.
Namun, apa pun elemen baru yang dimasukkan ke dalam ramuannya, perpaduan vokal Iga, Asteriska dan Puti, kombinasi gitar Iga dan TJ, dentuman bass Gerald serta pukulan drum dinamis Marco akan tetap membuatnya terdengar seperti Barasuara.
Secara keseluruhan, Jalaran Sadrah adalah pertanda bahwa api dan lentera Barasuara masih menyala setelah berjalan 12 tahun dan belum padam walau teradang berbagai cobaan.
“Album ini bentuk saling menerima, mendukung, dan mempertahankan, serta bukti bahwa Barasuara masih bisa berdiri kuat walau diterpa badai,” ujar Asteriska.
The post Cara Barasuara Berserah Diri Lewat Album “Jalaran Sadrah” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post Isyana Sarasvati Merangkum Perjalanan Satu Dekade Bermusik dalam “Lost in Harmony” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>Isyana Sarasvati bisa dibilang telah melalui satu dekade perjalanan karier musiknya dengan penuh fluktuasi. Bermula dari penyanyi pop dengan lagu-lagunya yang manis, hingga kemudian dengan penuh nyali beralih genre ke musik progressive rock yang berani.
Selama 10 tahun, Isyana telah melahirkan sederet karya luar biasa yang kurang lebih menjadi medium kisah hidup yang ia jalani. Semua cerita itu, nantinya akan ia rangkum dalam sebuah konser peringatan satu dekade kariernya, “Lost in Harmony, A Decade Live Concert”.
Saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, pada 12 Juni, Isyana mengungkap, “‘Lost In Harmony’ itu apa? Jadi, aku ingin teman-teman bertualang bersama aku dalam sebuah harmoni.”
“Saat menyaksikan konser satu dekade ini, kita bisa merasakan petualangan di dunia Isyana, apa yang aku alami 10 tahun ini, dalam sebuah pagelaran yang besar dan spektakuler.”
Bagi penyanyi sekaligus penulis lagu tersebut, konser ini bakal menjadi sebuah ekspresi jujur yang menuang manis pahitnya kehidupan.
Adapun, setiap rasa yang hadir di lagu-lagu yang tercipta, harmoni mayor, maupun minor serta ruang-ruang yang pernah singgah, hadir menghidupi serta kehilangan-kehilangan yang akhirnya membawa keseimbangan untuk menjadi seorang Isyana seperti saat ini.
Secara konseptual, konser ini bakal menyuguhkan empat album penuh Isyana antara lain EXPLORE, Paradox, LEXICON, hingga ISYANA.
Yang tak biasa adalah, sederet lagu yang masuk dalam album-album di atas akan dibawakan dengan aransemen spesial dalam format orkestra. Dalam merealisasikan rencana itu, nantinya Isyana akan dibantu oleh Avip Priatna Jakarta Concert Orchestra.
Konser tunggal ini juga akan dimeriahkan oleh penampilan dari Batavia Madrigal Singer dan The Resonanz Choir yang siap menghadirkan pengalaman yang berbeda.
“Lost in Harmony A Decade Live Concert” menjadi semakin personal bagi Isyana sendiri, lantaran menurutnya ini adalah sebuah momen “terlahir kembali” sang musisi.
“I was lost, but now I am found. We were lost, but now we are found,” demikian kalimat kutipan dari Isyana, yang agaknya merangkum esensi dari tema konser “Lost in Harmony”.
Konser ini sendiri akan dilangsungkan pada 16 November 2024 mendatang di Istora Senayan, Jakarta. Adapun segala informasi lengkap termasuk penjualan tiketnya tersedia di laman www.isyanalostinharmony.com atau loket.com.
Dilansir dari keterangan resmi yang diterima Billboard Indonesia, terdapat beberapa kategori tiket yang dijual. Dimulai dari area festival yang dibanderol dengan harga Rp419.000, area tribun (CAT 4) seharga Rp419.000, (CAT 3) dibanderol dengan angka Rp629.000 dan (CAT 2) seharga Rp769.000 hingga yang tertinggi yakni CAT 1 berada di angka Rp1.049.000.
Isyana Sarasvati juga menawarkan dua kelas spesial bernama HARMONY dan REDROSE. Untuk kelas spesial HARMONY, pengunjung akan mendapatkan area menonton spesial di tribun, cinderamata spesial, dan akses serta toilet khusus.
Sedangkan untuk pemegang tiket kelas REDROSE, penggemar akan mendapatkan area menonton yang paling strategis dan ideal untuk menikmati keseluruhan show treatment baik secara audio maupun visual, di mana seperti yang kita ketahui, Isyana dan timnya selalu menyiapkan kreasi serta pengalaman konser yang tak terlupakan.
Kini saatnya mengalami secara langsung penampilan spesial dari Isyana Sarasvati dengan menyelami perjalanan karier satu dekadenya yang monumental dalam konser “Lost in Harmony A Decade Live Concert”.
The post Isyana Sarasvati Merangkum Perjalanan Satu Dekade Bermusik dalam “Lost in Harmony” first appeared on Billboard Indonesia.
]]>The post Cetak Sejarah, NIKI jadi Solois Indonesia Pertama yang Tampil di Jimmy Kimmel Live! first appeared on Billboard Indonesia.
]]>NIKI kembali menuai prestasi membanggakan. Pada 29 Mei kemarin, solois perempuan asal Jakarta tersebut tampil di sebuah acara televisi Amerika Serikat, Jimmy Kimmel Live!.
Ini adalah sebuah pencapaian luar biasa lantaran ia menjadi penyanyi solo Indonesia pertama yang tampil di acara tersebut.
Di Jimmy Kimmel Live!, NIKI datang menjadi tamu musik dan membawakan single terbaru miliknya yang berjudul “Too Much of a Good Thing”.
Dengan vokalnya yang tak diragukan lagi, solois yang pernah melejitkan lagu “Every Summertime” untuk soundtrack film Shang-Chi dan the Legend of the Ten Rings tersebut berhasil memukau para penonton lewat penampilannya bersama band pengiringnya.
Selain menjadi momen bersejarah, penampilan tersebut juga menjadi representasi global artis Indonesia di panggung internasional.
Sebagaimana diketahui, single “Too Much of a Good Thing” yang dirilis pada 3 Mei lalu merupakan lagu pembuka untuk album terbaru NIKI yang bertajuk Buzz.
Dalam keterangan resmi yang diterima Billboard Indonesia, lagu tersebut diproduseri bersama dengan teman NIKI, sekaligus produser Ethan Gruska, yang sebelumnya juga telah menulis lagu bersama dengan Phoebe Bridgers, Bon Iver, Kimbra, dan banyak lagi.
“Too Much of a Good Thing” merupakan sebuah lagu centil yang dibumbui dengan lirik berisi sarkasme dan kejujuran, yang dengan mudah menyampaikan perasaan yang muncul saat memiliki pujaan hati yang baru.
Diiringi dengan petikan gitar bass yang tegas dan irama yang mantap, NIKI memulai dengan menyatakan, “Well, you look like you’re gonna break my heart /and I look like a tough shot in the dark on a good day.”
Album Buzz sendiri dijadwalkan rilis pada 9 Agustus mendatang. Secara garis besar, rekaman ini bakal menampilkan lagu-lagu NIKI yang menggambarkan kebijaksanaan yang diperoleh dengan jerih payah dari seorang perempuan muda yang terus maju mengejar mimpinya, namun masih bisa tertawa jika ia tersandung dan terjatuh.
Beberapa lagu di album ini proses produksinya melibatkan produser yang pernah bekerja sama dengan penyanyi-penulis lagu kontemporer favoritnya, seperti Tyler Chester, yang pernah merekam lagu-lagu bersama Madison Cunningham dan Sara Bareilles.
Selain itu, ia juga merekrut Ethan Gruska, yang juga pernah berkolaborasi dengan Fiona Apple dan Phoebe Bridgers.
Album Buzz milik NIKI akan memuat koleksi lagu-lagu folk-rock hangat dan menggugah, yang berderak dan berkobar.
Penampilan NIKI di Jimmy Kimmel Live! sendiri bisa ditonton di sini.
The post Cetak Sejarah, NIKI jadi Solois Indonesia Pertama yang Tampil di Jimmy Kimmel Live! first appeared on Billboard Indonesia.
]]>