Sebuah kolaborasi epik datang dari Laleilmanino, Diskoria, dan Cecil dalam rangka perayaan hari ulang tahun Kota Jakarta ke-497 pada 22 Juni kemarin.
Ketiganya bersinergi mempersembahkan single berjudul “Djakarta” yang dirilis di bawah bendera Floor Inc., sebuah sub-label dari Sony Music Entertainment Indonesia.
Melalui lagu ini, Laleilmanino sengaja mengajak duo komposer Diskoria dan rapper Cecil Yang, untuk menggabungkan beragam genre musik, yang ditujukan sebagai representasi keberagaman penduduk Jakarta yang berasal dari macam-macam latar belakang.
Menurut Nino, salah satu personel Laleilmanino, lagu ini sendiri punya kisah personal baginya. Dalam keterangan resmi yang diterima Billboard Indonesia, ia mengatakan, “Lagu ini banyak mengambil kisah ayah yang merantau dari Kebumen ke Jakarta. Sebagai perantau, Ayah sering kangen kampung halaman dan pulang naik kereta.”
Di samping itu, lagu ini juga memotret suasana Jakarta yang begitu kompleks. Laleilmanino mencoba menyorot kebahagiaan warga Jakarta yang tak melulu diukur melalui materi.
Nino yang menggawangi departemen lirik mengatakan bahwa lirik-lirik seperti “senang bukan cuma harta” atau “hidup tak berdasi selalu bawa tawa” adalah pengamatan mereka saat berinteraksi dengan warga dari beragam kelas sosial.
Penyampaian makna dalam lagu ini tak hanya mereka narasikan melalui penggalan liriknya, melainkan turut menggambarkan Jakarta dengan memberi sentuhan musik tradisional Betawi.
Dalam eksekusi hal tersebut, mereka menggandeng Yusuf “Oeblet”, seorang pegiat musik tradisional yang juga guru musik Nino di masa berseragam putih abu-abu. Oeblet sendiri menggunakan alat musik gesek tradisional Betawi bernama Tehyan untuk mengisi beberapa bagian lagu.
“Lagu ‘Djakarta’ ini juga ingin kami jadikan sebagai ruang dan gelanggang bagi musik tradisional tampil menarasikan Jakarta. Maka, kami mengajak Pak Oeblet yang punya rekam jejak panjang di dunia musik tradisi untuk berkolaborasi di lagu ini,” tukas Nino.
Tidak hanya musik tradisional, kehadiran rapper muda Cécil Yang pun memberi sentuhan urban yang kental melalui warna hip-hop. Interaksi antara yang tradisional dan urban di single ini menjadi gambaran corak kehidupan Jakarta yang mentereng dengan kawasan urban, tapi juga dipenuhi kampung kota nan bersahaja.
Momen dirilisnya single “Djakarta” juga menjadi sejarah karena inilah pertama kalinya Jakarta merayakan ulang tahun dengan status barunya sebagai Daerah Khusus Jakarta (DKJ). Setelah 60 tahun menyandang status Daerah Khusus Ibukota (DKI) melalui Undang-undang nomor 10 tahun 1964, di tahun ini Jakarta melepaskan status khususnya tersebut.
“Laleilmanino merilis lagu ‘Djakarta’ di tahun ini sebagai kado sekaligus arsip memori Jakarta yang selama puluhan tahun telah menjadi Daerah Khusus Ibukota. Jakarta adalah rumah bagi jutaan orang selama menjadi ibukota. Single ‘Djakarta’ adalah kado kami bagi kota dan warga Jakarta,” pungkas Nino.