Album Aghori Mhori Mei menandai kembalinya Billy Corgan ke hasrat sejatinya. Sebuah karya yang terbentuk dan terdengar seperti album The Smashing Pumpkins sesungguhnya, tanpa merujuk pada diri mereka sendiri.
Dampak awal album ketiga belas dari trio Billy Corgan (vokal, gitar, bass, kibor), Jimmy Chamberlin (drum), dan James Iha (gitar) ini luar biasa, karena pendengar hanya butuh beberapa lagu untuk membuat hal-hal yang sangat familiar bagi mereka jadi terasa “intim”.
Aghori Mhori Mei tidak hanya menjelma menjadi album terbaik The Smashing Pumpkins yang dirilis dalam lebih dari satu dekade, tetapi juga indikator menarik dari hal-hal yang diharapkan bakal hadir kemudian. Ini adalah kejutan dari salah satu aksi rock yang paling tidak terduga.
Meskipun Aghori Mhori Mei tidak mencapai titik tertinggi yang sama seperti beberapa album mereka yang menentukan semisal Siamese Dream (1993) dan Mellon Collie and the Infinite Sadness (1995), album ini menunjukkan bahwa Corgan, Chamberlain, dan Iha menempa identitas musikal baru secara bersamaan.
Lebih jauh lagi, album ini memiliki unsur-unsur progressive rock, alternative rock, heavy metal, dan pop. Sound-nya dipengaruhi oleh band-band heavy metal seperti Black Sabbath dan Dio, dengan beberapa lagu mengambil karakteristik heavy metal dan progressive rock. Adapun tema liriknya menyentuh konsep agama, sejarah musik, perjalanan, dan hubungan.
Dari riff pertama yang membangun lagu “Edin”, jelas sekali bahwa The Smashing Pumpkins kembali bersemangat dengan penuh dendam. Corgan, Chamberlin, dan Iha mengunci diri dalam alur yang mengguncang fondasi, membuktikan bahwa mereka masih memiliki dampak dari guncangan tersebut.
Gitar menciptakan dinding suara yang tangguh, sementara permainan drum Chamberlin disajikan dalam level masterclass dalam mendorong ritme. Ini adalah upaya pengenalan kembali dengan cara yang kuat untuk memulai album ini dengan ledakan.
Kemudian muncul lagu “Pentagrams”, di mana Corgan memadukan rasa “sakit hatinya” dengan bass yang berat dan alunan gitar menghantui. Bagian chorus yang anthemic kian menambah lapisan keagungan pada nomor yang tadinya murung ini. Benar sekali, lagu ini memamerkan kemampuan The Smashing Pumpkins untuk memadukan emosi mentah dengan sound rock khas mereka.
Lagu tersebut terasa seperti sekuel hebat dari “In Lieu of Failure” yang menawarkan jembatan menggoda ke bebunyian eksperimental Atum: A Rock Opera in Three Acts, album keduabelas The Smashing Pumpkins. Namun, yang satu ini meningkatkan kompleksitas sekaligus menenun permadani suara yang lebih rumit.
“In Lieu of Failure” juga selaras dengan lagu-lagu lain yang terinspirasi dari musik progressive rock dalam album ini, seperti muramnya lagu “999” yang menggunakan selingan piano menghantui untuk membangkitkan aura gothic dan melankolis. Sementara itu, beberapa lagu seperti “Goeth the Fall” mengambil gaya balada tempo sedang dan “Who Goes There” lebih condong ke arah pop manis sekaligus pahit secara bersamaan.
Setelah bertahun-tahun merilis album yang mengecewakan, penggemar lama pasti akan menyadari bahwa album ini kembali ke bentuk semula. Secara keseluruhan, Aghori Mhori Mei adalah “kepulangan” sempurna dari The Smashing Pumpkins setelah kehilangan arah dalam waktu yang lama.
Album Aghori Mhori Mei dirilis pada 2 Agustus 2024 dalam format digital melalui label rekaman Martha’s Music dan Thirty Tigers. Salinan fisiknya bakal dijual pada 22 November mendatang.