Setelah berkelana selama 10 tahun di industri musik, .Feast kini membuka perjalanan menuju wajah baru bersama album anyar mereka bertajuk Membangun & Menghancurkan.
Paling beda dari album-album .Feast terdahulu, yang kebanyakan kental akan nuansa musik keras dan komposisi lirik yang mayoritas tentang kritik sosial politik. Album Membangun & Menghancurkan punya konsep yang lebih personal bagi band rock asal Jakarta ini, dengan tema yang lebih beragam pada setiap track-nya.
Saat ditemui Billboard Indonesia, vokalis Daniel Baskara Putra mengatakan, “Kami merasa sudah nggak di situ dan berada di fase kehidupan dengan banyak hal lain yang kami ingin bicarakan.”
Berangkat dari sebuah introspeksi diri, album tersebut lantas melahirkan tema-tema spesifik dalam setiap lagunya, mulai dari mengenai menjadi orang tua, kematian, hedonisme, hasrat, kebencian terhadap diri sendiri, serta topik-topik lain yang mencerminkan secara lebih lengkap keempat pria dewasa ini yang memasuki usia 30-an.
Belum lagi, karya yang paling eklektik dari mereka ini juga melibatkan 12 produser dari berbagai sudut kancah musik Indonesia saat ini untuk menghidupkan ke-15 lagu yang terdapat di dalamnya.
Perombakan image band bentukan 2012 silam ini mereka lakukan bersama Laleilmanino, Vega Antares, Iga Massardi, hingga Lafa Pratomo, yang masing-masing duduk di kursi produser.
“Keberadaan produser yang banyak ini bikin kami menemukan perspektif baru dalam mengerjakan album ini yang sangat kami butuhkan setelah 10 tahun lebih berjalannya .Feast,” kata basis Fadli Fikriawan Wibowo (Awan).
Penggarapan Membangun & Menghancurkan yang dirombak ini menghabiskan paruh pertama 2024 dengan para anggota .Feast mengumpulkan materi bikinan masing-masing dan memasangkan dengan para produser yang dinilai cocok dengan tiap lagu.
“Dulu kami produseri sendiri. Di satu sisi itu bagus karena jadi punya ciri khas. Cuma, akhirnya ketebak kalau .Feast bakal begitu doang,” kata gitaris Adnan Satyanugraha Putra tentang bekerja dengan sederet produser yang karyanya mereka kagumi itu.
Melanjutkan soal transisi .Feast ke wajah yang baru, Adnan menambahkan, “Waktu muda, lagu-lagu kami membahas apapun secara makro walaupun itu di luar kapasitas kami. Kami melihat itu sebagai apa yang ingin kami suarakan. Sekarang lebih ke pandangan mikro tentang apa yang ada di sekitar kami dan di depan mata kami.”
Gitaris Dicky Renanda Putra juga menambahkan, “Album ini membicarakan kisah perjalanan kami, jadi banyak juga nostalgia yang terjadi selama menulis lagu-lagunya.”
Dari hard rock di lagu “Konsekuens” dan “Politrik” yang digarap Pandu Fathoni hingga sentuhan lembut dan sensual yang dibawa Lafa Pratomo ke “Ouroboros” dan “Langitruntuh”, Membangun & Menghancurkan semakin mendobrak batasan-batasan musik .Feast.
Kalau lirik .Feast di masa lampau mencerminkan amarah dan kekecewaan terhadap dunia luar, maka pada Membangun & Menghancurkan, amarah dan kekecewaan itu kini lebih banyak ditujukan ke diri mereka sendiri.
Masih ditulis sebagian besar oleh Baskara, lirik di setiap lagu dalam album terbaru .Feast tetap menusuk. Misalnya soal kecemasan atas eksistensi band mereka sendiri yang tergambar pada lagu “Masimarah” garapan Iga Massardi, mengkhawatirkan opini publik di “Metakritik” yang diproduseri Herald Reynaldo, atau menghadapi rasa takut kehilangan orang kesayangan pada “O, Tuan” yang dipoles secara megah oleh Luthfi “Cosmicburp” Adianto dan timnya.
Membangun & Menghancurkan juga merupakan ajang tampil bagi Dias Widjajanto yang telah bermain drum di panggung-panggung .Feast selama setahun terakhir. Ia menunjukkan beraneka ragam gaya permainan, termasuk agresif ala .Feast di “5” yang sarat keputusasaan garapan Haecal Benarivo serta pukulan yang lebih ringan di trio lagu optimis yang diproduseri Rastafarian, yakni “Tarot”, “Peralihan”, dan “Drums”.
Album Membangun & Menghancurkan akan tersedia di berbagai digital streaming platform mulai 30 Agustus 2024 mendatang.