Radiohead terkena imbas dari penampilan Jonny Greenwood bersama musisi Israel, Dudu Tassa di Tel Aviv pada 26 Mei. Boikot budaya terhadap Israel lantas diserukan oleh label rekaman, promotor, dan yang lainnya melalui Palestinian Campaign for the Academic and Cultural Boycott of Israel (PACBI).
Kampanye tersebut menyerukan boikot di tengah konflik Israel-Palestina yang baru-baru ini menewaskan sedikitnya 37 orang di Rafah antara 27-28 Mei, dikutip Billboard Indonesia dari The Associated Press, Senin, 10 Juni.
Mereka juga melaporkan serangan tersebut menyebabkan beberapa tenda terbakar dan menewaskan lebih banyak warga di Rafah, yang merupakan rumah bagi ribuan pengungsi Palestina dari seluruh Jalur Gaza.
Kini, organisasi musik, label dan promotor seperti Dark Entries, Techno Queers, Dweller, Noise Not Music, Night Slugs, komunitas 8-ball, Gold Bolus Recordings, NYC Noise, FIST dan masih banyak lagi berkomitmen untuk melakukan boikot budaya tersebut.
PACBI merupakan cabang dari Boycott, Divestment and Sanctions Movement (BDS), yang berada di balik gelombang besar mundurnya para artis dari The Great Escape dan Latitude Festival tahun ini. PACBI didirikan pada 2004 untuk secara khusus mengawasi boikot budaya, seni, dan akademik dalam gerakan tersebut.
Pernyataan yang lebih panjang di situs Writers Against the War on Gaza menjelaskan: “PACBI, atau The Palestinian Campaign for the Academic and Cultural Boycott of Israel, menganjurkan boikot terhadap institusi akademis dan budaya Israel karena keterlibatan mereka yang dalam dan terus-menerus dalam penolakan Israel terhadap hak-hak Palestina sebagaimana diatur oleh hukum internasional.”
“Lembaga kebudayaan dan komunitasnya adalah bagian tak terpisahkan dari perancah ideologis dan institusional rezim pendudukan Israel, kolonialisme pemukim, dan apartheid terhadap rakyat Palestina,” lanjut pernyataan itu.
“Lembaga kebudayaan Israel (termasuk perusahaan seni pertunjukan, kelompok musik, organisasi film, serikat penulis dan festival) memberikan kontribusinya terhadap hegemoni Zionis di Israel.”
Sementara itu, Greenwood menanggapi kritikan yang ditujukan terhadap penampilannya dengan Dudu Tassa dalam sebuah pernyataan secara panjang lebar. Ia menulis: “Tidak ada seni sepenting menghentikan semua kematian dan penderitaan di sekitar kita. Bagaimana bisa? Namun tidak melakukan apa-apa adalah pilihan yang lebih buruk. Dan membungkam seniman Israel karena mereka dilahirkan sebagai orang Yahudi di Israel sepertinya bukan cara untuk mencapai pemahaman antara kedua pihak dalam konflik yang tampaknya tak ada habisnya ini.”
Namun, PACBI memberikan pernyataan kepada NME yang berbunyi: “Warga Palestina menolak alasan menyesatkan dari Jonny Greenwood atas tindakannya yang tidak bermoral atas genosida Israel terhadap 2,3 juta warga Palestina di Gaza. Kami menyerukan peningkatan tekanan damai terhadap bandnya Radiohead dan The Smile untuk menjauhkan diri dari hal tersebut atau menghadapi tindakan akar rumput.”
“Dengan tampil di apartheid Tel Aviv sementara pasukan Israel membakar hidup-hidup warga Palestina di Rafah, Gaza – sebuah fakta yang dengan mudahnya dia hilangkan dari suratnya – Jonny Greenwood secara sadar terlibat dalam menutupi kekejaman ini. Tidak ada penggemar musik progresif yang bisa menerima ini,” lanjut mereka.
“Semua musisi Palestina/Arab harus menolak bertindak sebagai figuran bagi artis internasional yang melintasi garis penjagaan Palestina – atau bagi artis Israel yang menghibur pasukan Israel yang membantai warga Palestina, seperti yang berulang kali dilakukan oleh kolaborator Greenwood, Dudu Tassa.”
Sebelumnya, Greenwood juga mendapat kritikan karena tampil di Israel pada 2017 yang menyebabkan Radiohead menghadapi seruan untuk membatalkan konser tersebut melalui surat terbuka yang dikeluarkan Artists For Palestine UK dan ditandatangani para musisi termasuk Roger Waters, Thurston Moore, dan Young Fathers. Para musisi ini meminta Radiohead untuk “memikirkan kembali” keputusan mereka di tengah boikot budaya yang sedang berlangsung dan meluas di negara tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir, band-band lain telah mengambil tindakan terhadap tragedi berdarah ini. Dua Lipa misalnya, ia menentang situasi di Rafah dengan mengatakan bahwa membakar anak-anak hidup-hidup tidak dapat dibenarkan. Sementara itu, Paramore menegaskan mereka berdiri dalam solidaritas bersama siapa pun yang menyerukan gencatan senjata segera dan permanen.
Sementara itu, Robert Del Naja dari Massive Attack membacakan surat dari seorang dokter yang menyaksikan “bencana” bagi bayi yang baru lahir di Rafah sebagai bagian dari inisiatif Voices for Gaza. Adapun band Black Country, New Road telah mengumumkan konser amal untuk Palestina di London.