Voice of Baceprot Dapat Sorotan Media Asing

Dalam artikelnya yang berjudul, “From a Heavy Metal Band in Hijabs, a Message of Girl Power”, New York Times menceritakan perjalanan Voice of Baceprot.
Voice of Baceprot
Voice of Baceprot
John Alexis

Voice of Baceprot jadi sorotan media Amerika Serikat, New York Times, belum lama ini. Trio hijaber metal asal Garut, Jawa Barat, Indonesia ini digawangi Marsya (drum), Euis Siti Aisyah alias Sitti (vokal, gitar), dan Widi Rahmawati (bass).

Dalam artikelnya yang berjudul, From a Heavy Metal Band in Hijabs, a Message of Girl Power, New York Times menceritakan perjalanan Voice Of Baceprot. Dari band cover daerah yang memainkan System of a Down sampai akhirnya jadi band yang menggelar tur di Eropa dan Amerika Serikat.

New York Times juga menulis, Voice of Baceprot mungkin satu-satunya band metal yang para personelnya mengenakan hijab. Tapi, khasanah musik metal di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Media yang berbasis Amerika itu menyebut Hammersonic sebagai festival musik metal terbesar di Asia Tenggara dan Presiden Jokowi sebagai penyuka Metallica dan Megadeth.

Ketiga anggota Voice of Baceprot adalah Muslim yang taat. Masa kecil mereka dihabiskan dengan membaca kitab suci Alquran. Dengan lagu-lagu yang mematahkan stereotip gender, agama, dan kelas, mereka kini menjadi teladan bagi banyak perempuan muda di Indonesia. Meski begitu, band ini masih sering menghadapi kritikan.

New York Times menyebut, Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, bukanlah negara teokratis dan selalu menjunjung tinggi identitas sekulernya, namun dalam beberapa tahun terakhir, sebagian negara kepulauan ini telah mengadopsi interpretasi Islam yang lebih konservatif – yang tidak menyetujui perempuan muda berhijab bermain musik heavy metal.

Dalam artikel tersebut, New York Times menyertakan kutipan wawancara mereka dengan Wendi Putranto, manajer Seringai, salah satu band heavy metal terbesar di Indonesia. Wendi mengaku “terpesona” dengan Voice of Baceprot.

“Berani sekali mereka memainkan musik seperti ini,” kata Wendi. “Saya pikir itu yang paling penting: Mereka bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa, ya, kami adalah perempuan, ya, kami mengenakan hijab, dan ya, kami adalah Muslim yang memainkan musik heavy metal. Lalu?”

Pada awalnya, ketiga personel band yang dikenal dengan akronim VoB disebut dengan segala macam kata-kata kotor. Band ini menyinggung, banyak pria Muslim yang meyakini bahwa perempuan berhijab harus patuh, tidak boleh headbang. Suatu hari pada 2015, ada yang melempari Marsya dengan batu. Terlampir di sana sebuah catatan berisi sumpah serapah.

VoB juga mengalami masalah di sekolah, karena mereka dianggap “musuh masyarakat,” kata Sitti, 23 tahun. Kepala sekolah mereka mengatakan, Marsya mengenang, “Musikmu haram”, atau dilarang, dan bahwa mereka “akan masuk neraka”. Mereka putus sekolah, namun akhirnya lulus dari sekolah lain.

Single pertama VoB, “God, Allow Me (Please) to Play Music”, dirilis pada 2021. Band ini mendapat banyak pengikut di dalam negeri karena lagu-lagunya yang berfokus pada tema-tema seperti pemberdayaan perempuan, pasifisme, dan pelestarian lingkungan.

Dalam beberapa tahun terakhir, VoB bermain di negara-negara Eropa seperti Prancis dan Belanda. Agustus lalu, band ini melakukan tur pertamanya di Amerika Serikat, tampil di sembilan kota. Di Oakland, California, para penonton meneriakkan “Allahuakbar”, kalimat Arab yang berarti “Tuhan Maha Besar,” kepada mereka.

Selama tur tersebut, perusahaan manajemen mereka menyarankan ketiga personel VoB untuk tidak pergi keluar tanpa penjagaan. “Mereka takut ada yang menembak kami,” kata Widi, 22 tahun.

VoB mengatakan pertanyaan yang sering diajukan tentang hijab membuat mereka bingung. “Banyak jurnalis yang lebih banyak bertanya tentang hijab daripada musik kami, seperti: ‘Siapa yang memaksamu berhijab?’” kata Marsya. “Aneh sekali.”

“Kami memberi tahu mereka bahwa kami memakai hijab karena kami ingin,” tambahnya. “Dan awalnya ya, orang tua kami menyuruh kami untuk mencoba memakai hijab, tapi setelah kami dewasa, kami bisa memilih apa yang kami inginkan.”

Mereka mengaku sudah mengenakan hijab sejak sekolah dasar. “Tapi kami memakai rok mini – yang atas adalah versi Arab, yang bawah adalah versi Jepang!” kata Marsya sambil tertawa.

VoB meluncurkan album debut mereka bertajuk Retas pada 13 Juli 2023. Album ini berisi lagu yang mewujudkan tekad mereka dalam mengukir jalan sebagai band, musisi, dan sebagai perempuan mandiri.

Retas berisikan sembilan lagu VoB, di antaranya “What’s The Holy (Nobel) Today?”, “Age Oriented”, “PMS”, “The Enemy of Earth Is You”, “Kawani”, [NOT] PUBLIC PROPERTY”, dan “School Revolution”. Tak ketinggalan pula lagu “God, Allow Me (Please) to Play Music” dan “God, Allow Me (Please) to Play Music Live at HITC Jakarta 2022”.

VoB mengatakan, mereka ingin terus memfokuskan lagu mereka berikutnya pada pemberdayaan perempuan dan lingkungan. “Kami khawatir dengan masa depan kami – apakah kami masih bisa melihat hutan 10 tahun dari sekarang?” Marsya bertanya.

Banyak anak perempuan di desa mereka yang dipaksa untuk menikah pada usia yang sangat muda, bahkan ada yang berusia 12 tahun. “Kami menyadari bahwa sekarang merupakan suatu kehormatan bagi kami untuk didengarkan oleh banyak orang,” tambahnya. “Itu adalah hal yang tidak dimiliki semua gadis di desa kami.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

 

PMC

Billboard Indonesia is published under license from Penske Media Corporation. All rights reserved.
Billboard name and logo used by permission of Penske Media Corporation.
Powered by TNGR