Misi Terbaru Maren Morris: “Biarkan Musik Berbicara”

Peraih gelar Visionary di Billboard Women in Music 2024 ini menjalani babak kreatif baru dan siap untuk perubahan besar.
Styling oleh Dani Michelle, dress David Koma. Rambut oleh Laura Polko dari PRTNRS. Makeup oleh Diane Buzzetta dari Blended Strategy. Manicure oleh Queenie Nguyen dari Nailing Hollywood. Desain set oleh Eamonn McGlynn.

Seniman seperti apa yang Anda kagumi, yang menurut Anda bisa lancar menavigasi berbagai genre? 

Miley Cyrus adalah yang pertama kali terlintas di pikiran. Suara serta pengaruh kreatifnya jelas begitu luas. Maksudnya, terlihat dari keragaman albumnya yang hampir seperti Madonna, yang di mana tergambar bahwa setiap album adalah genre atau era baru karena dia bisa “bermain” di pop, bisa juga country, bahkan rekaman Dead Petz juga. Kemudian, pastinya pahlawan saya: Dolly Parton, yang benar-benar bisa mendobrak batas genre dengan “Islands in the Stream” dan “Here You Come Again”, ia juga sempat dikritik karena dianggap meninggalkan country dan beralih ke pop. Taylor [Swift] juga seperti bunglon, begitu juga Sheryl Crow. 

Genre apa yang Anda lihat sebagai yang paling mendekati dalam hal inklusivitas dan representasi?

Setiap genre memiliki ruang untuk tumbuh. Tapi, yang bisa terjangkau secara global dan benar-benar didominasi oleh perempuan adalah musik pop. Musik pop bisa menjadi apa saja, misalnya Ariana Grande, Taylor, atau Noah Kahan. Jadi, saya suka kebebasan itu. Musik menuju ke arah yang sangat menarik. Nominasi Album of the Year untuk Grammy juga didominasi oleh perempuan. Saya berharap musik country pada akhirnya bisa melakukan hal yang sama, karena ketika Anda bisa merangkul cerita semua orang, musiknya akan jadi lebih baik dan tentunya bisa mengantarkan seniman serta penulis lagu untuk ingin pindah ke Nashville, untuk ingin membuat musik di sini. Sangat menarik bila melihat orang bisa ikut aliran musik pop atau label pop melalui country.

Belum lama ini Anda bilang kalau Anda bosan menjadi seorang yang selalu berkata “iya” dalam hal apapun. Apa penolakan pertama yang Anda lakukan dan merasa bangga akan hal itu?

Pada awalnya, saya merasa sangat bangga ketika saya bisa membalas email dengan hanya mengatakan “Tidak, pass.”. Tetapi, sekarang saya jadi bisa lebih menetapkan batasan untuk diri sendiri sehingga tidak merasa bahwa itu adalah sebuah “kemenangan” atau “kekalahan”. Pertentangan pastinya akan selalu ada, seperti dicap “Dia seorang diva,” misalnya, tetapi saya harap saya bisa tetap konsisten dengan tindakan saya, contoh: Bukan berarti Anda adalah orang jahat hanya karena tetap memegang teguh pendapat Anda sendiri. Saya hanya tidak ingin “membungkuk” seperti yang sudah-sudah, karena akan mengorbankan kepentingan pribadi saya. Saya juga perlu peduli terhadap diri saya sendiri.

Apa yang sebelumnya terasa sulit dicapai tapi sekarang terasa seperti milik Anda? 

Menurut saya, hanya dengan menemukan kebahagiaan dan kedamaian batin. Saya sangat berharap bahwa hal itu bukanlah suatu hal yang sulit bagi saya. Bukannya egois, tapi saya hanya berharap agar saya tidak menderita lagi menjalani hidup di dunia. Terkadang, saya hanya ingin bersantai dan menikmati semua privilege yang sudah saya miliki, namun itu bukan hal yang semestinya saya lakukan. Saya hanya bisa fokus pada diri sendiri dan menyelaraskan diri dengan orang-orang yang memiliki keinginan dan moral yang sama. Saya ingin, tahun ini hidup saya dipenuhi dengan kebahagiaan bagi diri saya sendiri. Saya ingin menjadi seorang ibu, pemimpin, penulis, serta manusia yang lebih baik lagi.

Artikel ini pertama kali muncul di majalah Billboard edisi Women in Music tanggal 2 Maret 2024. Ditulis oleh Lyndsey Havens. Fotografi oleh Munachi Osegbu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

 

PMC

Billboard Indonesia is published under license from Penske Media Corporation. All rights reserved.
Billboard name and logo used by permission of Penske Media Corporation.
Powered by TNGR