Ranked: 15 Lagu Terbaik Ariana Grande

Dari “POV” hingga “Into You” inilah 15 lagu terbaik milik Ariana Grande.
Ariana Grande
Ariana Grande
Katia Temkin

15.”POV” (Positions, 2020)

Berbeda dengan Sweetener dan Thank U Next, Positions bukanlah album yang memberikan nilai moral sebuah perjalanan menemukan diri sendiri, melainkan hanya tentang cara untuk bisa nyaman dengan diri sendiri. “POV’ sebagai lagu penutup dari album ini, mencoba menyampaikan rasa terima kasih Ariana kepada seseorang yang telah memberikan cinta tanpa syarat untuknya. Paduan lirik yang berbunyi, “I wanna love me / The way that you love me / Ooh, for all of my pretty and all of my ugly too / I’d love to see me from your point of view.” Lagu ini adalah salah satu momen yang paling hits karena punya cerita yang relate dengan para pendengarnya, sehingga banyak digunakan untuk lipsync di TikTok. Di tiga album pertamanya, Ariana mencoba membangun kepercayaan diri, di dua album berikutnya, ia menunjukan ketangguhannya di tengah gejolak yang terjadi dalam kehidupan, sementara di album ini, sang musisi ingin menunjukkan bahwa dirinya hanya menjadi dirinya sendiri yang apa adanya.

Itu sebabnya, mengapa Positions bisa sangat konsisten sepanjang waktu. Jelas, ini merupakan zona ternyaman bagi Ariana dengan harmoni vokalnya yang apik melayang di atas musik R&B yang lembut. Sepanjang kariernya, Ariana selalu bekerja dengan tim yang sama (produser Tommy Brown dan Mr. Franks), serta merekam dan memproduksi vokalnya sendiri di rumah selama pandemi COVID-19. Zona nyaman Ariana adalah tempat yang indah untuknya. Namun, melakukan hal lain di luar zona nyaman sangat menggoda baginya. Pada chorus terakhir karya tersebut, Ariana menekankan, I wanna love me! — kemudian diikuti videonya yang fade out.

14. “God is a Woman” (Sweetener, 2018)

Sebelumnya, musik Ariana banyak mengeksplor hal sakral dan profan, namun keduanya tak pernah dipadukan dalam satu waktu. “God is a Woman” mencoba menggambarkan bahwa jenis kelamin bukanlah sebuah kemewahan—seperti lagu “Bed” dari Nicki dan Ariana—melainkan sebagai sebuah tindakan penyembuhan spiritual. Di atas ritme trap yang mengayun dan gitar psikedelik yang manis, Ariana menggambarkan pertemuan seksual yang begitu ekstatis sehingga melampaui ruang dan waktu. Dia menyatu dengan nilai feminin yang sakral, menjadi bagian dari Tuhan sendiri: “He see the universe when I’m in company / It’s all in me.”

Videonya yang disutradarai oleh Dave Meyers, menggambarkan Ariana dalam suatu lukisan yang memukau dari ikonografi agama dan seni, menafsir ulang setiap adegan melalui lensa feminis. Madonna, seorang ratu sekaligus representasi feminisme, menjadi narator di bagian interlude-nya. Di VMAs 2018, Ariana membawakan lagu tersebut dengan lebih dari 50 penari perempuan, terinspirasi oleh Lukisan Da Vinci The Last Supper, bahkan ia turut membawa ibu dan neneknya ke panggung. Tidak ada yang terasa sebagai penghujatan, atau bahkan sedikit kontroversial, karena “God Is a Woman” bukanlah fantasi—ini adalah bagaimana seks dan romansa seharusnya dirasakan.

13. “I Wish I Hated You” (Eternal Sunshine, 2024)

Inti yang paling emosional dari album Eternal Sunshine, “I Wish I Hated You”, adalah ketika Ariana bisa move on dari pernikahannya yang telah berakhir, saat ia berhenti menulis ulang kenangannya dan sampai di tahap penerimaan. “Our shadows dance in a parallel plane/ Just two different endings, you learn to repair/ And I learn to keep me in one place.” Saat sebelumnya ia menyanyikan bahwa cinta adalah sebagai takdir, sekarang Ariana sudah mulai bisa menemukan keindahan dalam kefanaan.

Sejak menyanyikan “Somewhere Over the Rainbow” di One Love Manchester, Ariana telah mengembangkan bakat untuk menyimpan emosi yang dalam di bawah permukaan sebuah lagu. Dan meskipun “I Wish I Hated You” terdengar seperti perpisahan yang paling halus, ada momen di 30 detik menjelang akhir, di mana dia terdengar menangis dengan jelas. Seperti yang dia katakan kepada Zach Sang, dia mungkin tidak akan membawakan lagu ini lagi atau bahkan mendengarkannya kembali—sehingga membuat rekaman ini menjadi lebih berharga.

12. “Honeymoon Avenue” (Yours Truly, 2013)

Album debut Ariana dibuka dengan lagu sangat ambisius yang hanya bisa dilakukan olehnya. “Honeymoon Avenue” menyatukan vokal doo-wop, petikan senar Hollywood, dan irama R&B untuk lagu yang layak menjadi dongeng Disney. Tetapi, ada begitu banyak kebahagiaan sekaligus kesedihan, saat Ariana bermimpi untuk bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki hubungan yang rusak. “They say only fools fall in love / Well, they must’ve been talking about us”, Ariana menyanyikan—beberapa orang mungkin menyebut lirik itu naif, tapi Ariana hanya mencoba meyakinkan para pendengar lewat apa yang ia nyanyikan.

“Honeymoon Avenue” menandakan bahwa Yours Truly bukanlah debut pop biasa. Di usia 20 tahun, ia sudah menjadi vokalis yang matang, dan seorang artis yang tahu persis apa yang diinginkannya dari musik miliknya sendiri. Sebab itulah, rasanya para pendengar wajib mendengarkan kembali beberapa lagu di Yours Truly—“Honeymoon Avenue” yang direkam ulang oleh Ariana bersama dengan lima lagu lainnya dari karya tersebut untuk memperingati ulang tahun kesepuluh album itu, yang masih terdengar menakjubkan seperti saat pertama kali dirilis.

11. “Imagine” (Thank U, Next, 2018)

Ariana menggambarkan “Imagine,” lagu pembuka Thank U, Next, sebagai “a simple, beautiful love that is now (and forever) unattainable”. Pada awalnya, fantasi-fantasinya terdengar biasa—“Staying up all night, order me pad thai”—tetapi ada perpaduan lirik dan musik yang lebih bagus, seperti: “Imagine a world like that?”—Produksi surreal dan impresionistik karya tersebut membalut suaranya dengan serangkaian petikan senar sintetis yang lembut, drum dengan jejak artificial reverb yang panjang. Saat “Imagine” menyuguhkan sebuah vokal yang saling aksi reaksi—“Can you? / Imagine it?”—lagu itu mencapai puncaknya dengan nada bersiul yang menakjubkan dari Ariana, yang begitu tinggi sehingga seolah terdengar tak nyata. Kisah cinta yang ia nyanyikan mungkin tidak akan pernah ada, tetapi setidaknya dalam musiknya, kemungkinannya tak terbatas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

 

PMC

Billboard Indonesia is published under license from Penske Media Corporation. All rights reserved.
Billboard name and logo used by permission of Penske Media Corporation.
Powered by TNGR