TikTok, platform video hosting milik ByteDance asal Tiongkok tersebut baru-baru ini melebarkan sayapnya di pasar distribusi musik dengan menawarkan layanan SoundOn dan sedang gencar membuka lowongan untuk para eksekutif A&R yang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan rekaman.
Dilansir dari Music Business Worldwide, kini TikTok dikabarkan sedang menyusun rencana untuk mengakuisisi dan berinvestasi di bidang hak lisensi musik dengan membentuk tim khusus bernama Music Content Investment Team yang berbasis di Los Angeles, New York, dan San Jose dengan fokus “partnership atau akuisisi di ranah konten musik pada level global.”
Dengan kata lain, TikTok sedang berusaha masuk ke pasar merger dan akuisisi (M&A) musik yang kompetitif. Hal ini diketahui MBW dari iklan rekrutmen pekerjaan yang dipasang oleh TikTok pada tanggal 18 Juni lalu. Lowongan tersebut mengindikasikan bahwa tim investasi TikTok yang baru akan fokus mengejar hak cipta (copyrights) dan berinvestasi pada perusahan-perusahaan di bidang musik.
Dua posisi yang dicari untuk ditempatkan di Los Angeles, New York, dan San Jose adalah Music Content Investment Manager untuk “mengembangkan dan mengimplementasikan strategi investasi untuk mengakuisisi dan mengelola konten musik.”
Kandidat diharapkan memiliki pengalaman setidaknya tiga tahun di bank investasi, firma konsultan manahemen, atau firma ekuitas swasta yang punya reputasi. Mereka yang mengisi posisi ini akan bertugas “mengevaluasi strategi akuisisi konten musik dengan melakukan riset industri yang ketat, memantau secara cermat lanskap investasi musik yang sedang berlangsung, dan menyajikan analisis serta wawasan yang relevan dengan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti kepada manajemen senior.”
Posisi lain yang dicari adalah Music Content Investment Lead yang lebih senior untuk ditempatkan di Los Angeles dan San Jose. Posisi ini akan “merumuskan dan mengimplementasikan strategi investasi yang sejalan dengan tujuan TikTok dalam operasi konten musik.”
Menurut iklan rekrutmen tersebut, mereka juga akan diminta untuk mengawasi “persiapan model valuasi keuangan untuk perusahaan target dalam ekosistem musik yang lebih luas, termasuk penilaian ukuran dan pertumbuhan pasar, proyeksi keuangan, dan evaluasi sinergi.”
Untuk mengisi posisi ini, TikTok mencari individu dengan gelar Sarjana atau Magister di bidang Keuangan, Ekonomi, atau bidang terkait, ditambah pengalaman minimal lima tahun di bank investasi ternama, firma konsultasi manajemen, atau perusahaan ekuitas swasta.
Kualifikasi lain yang diincar untuk posisi ini meliputi wawasan tentang konten musik global, termasuk artis, lagu, tren, penilaian aset, penggerak tren, pengetahuan tentang distribusi musik digital dan tren industri musik di semua genre juga diperlukan.
Niat TikTok untuk berinvestasi dalam konten dan perusahaan musik kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemegang hak musik utama.
Salah satu strategi potensial di balik langkah ini adalah pengembangan layanan SoundOn TikTok, yang mendistribusikan artis indie baik di TikTok maupun di layanan lain. TikTok mungkin ingin mendapatkan porsi yang lebih besar dari musik yang direkam oleh artis yang dibantu oleh SoundOn – terutama jika SoundOn melihat artis-artis ini menjadi viral dan kemudian menandatangani kontrak dengan perusahaan rekaman besar.
Misalnya, TikTok bisa menawarkan kesepakatan kepada artis independen yang sedang naik daun untuk mendapatkan saham dalam (atau kepemilikan penuh atas) katalog mereka jauh sebelum perusahaan besar mendapatkan kesempatan, dengan efektif memutus saluran tersebut.
Kemungkinan lain yang diprediksi oleh MBW berkaitan dengan katalog lagu-lagu vintage yang sering menjadi viral di TikTok – dan terkadang bukan dilakukan oleh pemilik hak cipta yang paling jelas/terkenal.
Tak bisa dipungkiri jika perusahaan teknologi raksasa mengakuisisi startup teknologi musik dan mempekerjakan tim mereka untuk membantu membangun kemampuan perusahaan induk mereka bukanlah hal yang baru.
Contohnya adalah Shazam yang diakuisisi oleh Apple atau Spotify dengan Sonantic di mana perusahaan besar ini berani mengeluarkan uang untuk meminang startup yang kemudian diintegrasikan ke dalam platform mereka sendiri.