Riset Terbaru Mengungkapkan Lirik Lagu Semakin Sederhana dan Berulang-ulang

Penelitian ini mengkaji lirik yang termuat dalam lima genre musik terpopuler selama lima dekade terakhir.
Freepik

Di era viral seperti sekarang, di mana platform-platform video pendek seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts menjadi begitu dominan, perilaku konsumsi lagu pun ikut berubah. Ada semacam aturan tak tertulis bahwa sebuah lagu harus singkat dan mudah diingat untuk menarik perhatian pendengar.

Dalam platform streaming, sebuah lagu dianggap didengarkan jika diputar setidaknya selama 30 detik, dan 10-15 detik pertama sangat menentukan apakah pendengar akan melanjutkan mendengarkan lagu atau mengabaikannya.

Oleh karena itu, banyak musisi saat ini cenderung memulai lagu mereka dengan melodi dan lirik yang mudah dicerna atau membuat bagian refrein yang catchy dan diulang-ulang. Akibatnya, lagu-lagu populer saat ini cenderung terdengar singkat, sederhana, dan repetitif.

Klaim ini didukung oleh penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa lirik-lirik lagu semakin pendek, agresif, narsistik, dan repetitif. Dalam penelitian yang diterbitkan dalam Scientific Reports, tim peneliti dari University of Innsbruck, Austria, mengumpulkan dataset yang terdiri dari 353.320 lirik lagu berbahasa Inggris dari platform lirik lagu Genius, mencakup lima dekade (1970–2020) dalam hal tahun rilis lagu-lagu tersebut. 

Berdasarkan data tersebut, mereka mengekstrak deskriptor leksikal, linguistik, struktural, rima, emosi, dan kompleksitas, dan memfokuskan pada lima genre: rap, country, pop, R&B, dan rock, karena genre-genre tersebut adalah yang paling populer menurut platform streaming musik yang banyak digunakan, last.fm, namun mengabaikan beberapa genre populer lain yang kurang sering mengandung lirik, seperti jazz dan musik klasik.

Hasilnya menunjukkan bahwa dari semua genre, lirik-lirik lagu cenderung menjadi lebih sederhana, repetitif, dan mudah dipahami dari waktu ke waktu: tidak hanya kompleksitas leksikal menurun (misalnya, dilihat dari kekayaan kosakata atau variasi kata yang dipakai), tetapi juga kompleksitas struktural (misalnya, pengulangan lirik) mengalami penurunan. 

Selain itu, penelitian ini mengonfirmasi analisis sebelumnya yang menunjukkan bahwa emosi yang digambarkan oleh lirik telah menjadi lebih negatif, dan lirik lagu kian terasa lebih personal selama lima dekade terakhir.

Misalnya, kata-kata seperti “me” atau “mine” makin sering digunakan, menunjukkan bahwa lirik lagu saat ini cenderung lebih fokus pada diri sendiri. Ada juga peningkatan dalam lirik-lirik yang mengekspresikan kemarahan, kekecewaan, dan kesedihan.

Dari semua genre yang diteliti, rap memiliki lirik paling penuh amarah dan paling sering diulang. Sebagai detail tambahan, penggemar rock cenderung lebih mencari dan menikmati lirik dari lagu-lagu lama, menunjukkan penurunan popularitas genre ini dibandingkan dengan genre lain yang sedang tren saat ini, sementara penggemar country lebih tertarik memerhatikan atau mencari lirik lagu-lagu baru.

Melalui riset lirik lagu ini, tim peneliti berharap dapat mengamati pergeseran budaya dan kondisi emosi masyarakat lewat penggunaan kata-kata yang bermuatan emosi dan sentimen yang terungkap dalam lirik yang dikonsumsi oleh berbagai audiens.

Sedangkan dari sudut pandang statistik, pemahaman yang lebih mendalam tentang lirik lagu dan evolusinya ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk data informasi musik dan sistem rekomendasi dalam platform musik, sehingga memungkinkan untuk lebih pandai menangkap preferensi pendengar musik, dan akhirnya meningkatkan pengumpulan informasi seperti akses musik yang dipersonalisasi dan sistem rekomendasi untuk pengguna.

Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa penelitian ini baru terbatas pada lanskap musik di Amerika Serikat saja dan didasarkan pada data dari tangga lagu populer Billboard. Karenanya, riset ini mungkin tidak dapat dianggap sebagai representasi mutlak dari konsumsi musik secara global.

Ada yang tertarik membuat penelitian serupa untuk lirik lagu bahasa Indonesia?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

 

PMC

Billboard Indonesia is published under license from Penske Media Corporation. All rights reserved.
Billboard name and logo used by permission of Penske Media Corporation.
Powered by TNGR