Ketika Konser Intim Rhapsody Of Fire Jadi Ajang Reuni Metalhead Lawas

Tidak banyak metalhead yang hadir dalam konser Rhapsody Of Fire ini. Tapi, yakinlah, mereka membawa pulang memori indah lantaran telah menyaksikan konser epik, melodius, sekaligus catchy.
Rhapsody Of Fire
Rhapsody Of Fire memanjakan para penggemar di Indonesia dengan lagu-lagu hit mereka.
Foto: Budi Susanto.

Pernahkah Anda menghadiri konser band metal tapi penontonnya sama sekali tidak terlihat sangar? Jika belum pernah, konser Rhapsody Of Fire bertajuk “Challenge The Wind Asia & Australia Tour 2024” di GC Hall, Mall Gandaria City, Jakarta Selatan bisa jadi salah satunya.

Konser band symphonic power metal asal Italia yang digagas A Metal Project pada 27 September tersebut lebih cocok disebut ajang reuni para metalhead lawas. Mereka mungkin tidak saling kenal secara langsung, tapi ada keterikatan yang membuat setiap metalhead tidak sungkan untuk mengenalkan diri atau dikenalkan oleh temannya kepada metalhead yang lain.

Keterikatan itu bernama musik metal. Lebih tepatnya, genre power metal. Lebih akurat lagi, subgenre symphonic power metal. Apakah itu? Dinukil dari berbagai sumber, symphonic power metal mengacu pada band-band power metal yang banyak menggunakan kibor atau instrumen yang biasanya ditemukan dalam musik klasik, mirip dengan symphonic metal.

Elemen tambahan ini sering digunakan sebagai elemen kunci musik jika dibandingkan dengan power metal biasa, yang tidak hanya memberi lapisan tambahan pada musik, tetapi juga variasi suara yang lebih banyak. Band-band dalam genre ini sering kali menampilkan vokal yang bersih, dengan beberapa band menambahkan sedikit jeritan atau geraman.

Nah, Rhapsody Of Fire adalah salah satu band yang muncul dari subgenre ini. Sejak debut lewat album terobosan mereka pada 1997, Legendary Tales, band ini menawarkan pendekatan baroque yang dipengaruhi oleh Vivaldi dan Paganini. Pengaruh musik simfoni dan opera ini juga terdengar pada band serumpun, semisal Luca Turilli’s Rhapsody dan Turilli / Lione Rhapsody.

Kontribusi Rhapsody – nama awal band ini sebelum berubah menjadi Rhapsody Of Fire – terhadap symphonic power metal paling baik dicontohkan oleh lagu-lagu pendek seperti “Emerald Sword”, “Dawn of Victory” dan “Lamento Eroico”, serta lagu-lagu panjang semisal “Gargoyles, Angels of Darkness”, “The Mystic Prophecy of the Demonknight”, dan “Erian’s Mystical Rhymes”.

Bagaimana dengan album terbaru mereka, Challenge The Wind yang dirilis tahun ini? Dibandingkan dengan seluruh rilisan Rhapsody Of Fire sebelumnya, album ini secara eksklusif terdiri dari nomor-nomor bertempo tinggi, di mana sepuluh lagu yang bersemayam di dalamnya seakan menginjak pedal gas symphonic power metal tanpa ampun dari nada pertama hingga terakhir.

Tidak kurang dari 16 lagu digelontorkan Rhapsody Of Fire dalam konsernya di Jakarta, 27 September 2024.
Foto: Budi Susanto.

Lagu-lagu khas yang bombastis antara lain adalah “Whispers Of Doom”, “Black Wizard”, “Challenge the Wind”, dan “Kreel’s Magic Staff” dengan semburan gitar tajam, gebukan drum menggelegar, dan synth orkestra padat. Jika itu belum cukup symphonic power metal dan kurang sensasional, ada karya berdurasi 16 menit “Vanquished By Shadows”. Riff-nya lebih kuat, begitu pula vokal choir-nya, meskipun temponya bercampur. Dan jika ada sedikit penurunan kecepatan, itu muncul dalam “A Brave New Hope” dan lagu penutup “Mastered By Dark”.

Album ini benar-benar mencengangkan dan epik. Inilah yang membawa Giacomo Voli (vokal), Alex Staropoli (kibor), Roby De Micheli (gitar), Alessandro Sala (bass), dan Paolo Marchesich (drum) – formasi Rhapsody Of Fire saat ini – ke Indonesia dalam tur internasional mereka yang membentang dari Amerika Selatan hingga Asia, dan Australia. Rhapsody Of Fire singgah di Jakarta sebelum terbang ke Korea Selatan, Jepang, dan China.

Kendati mempromosikan album Challenge The Wind, dari 16 nomor yang disajikan Staropoli dkk di Jakarta malam itu hanya trek titel “Challenge The Wind” yang dicomot dari album tersebut. Selebihnya, mereka memilih untuk membawakan nomor-nomor lawas yang sudah dikenal die-hard fans. Lagu-lagu tersebut antara lain adalah “The Dark Secret”, “Unholy Warcry”, “I’ll Be Your Hero”, “Chains of Destiny”, “The March of the Swordmaster”, “The Legend Goes On”, “March Against the Tyrant”, “A New Saga Begins”, “Rain of Fury”, “The Magic of the Wizard’s Dream”, dan “Dawn of Victory”

Setelah encore, band yang juga pernah menggelar konser di Hall Basket Senayan, Jakarta pada Maret 2016 silam ini menebarkan nomor-nomor andalan lainnya, yakni “Reign of Terror”, “Wisdom of the Kings”, “Land of Immortals”, dan “Emerald Sword”.

Bagaimana reaksi penonton terhadap nomor-nomor yang digelontorkan itu? Sebagai die-hard fans, tentu saja mereka tahu setiap jengkal nada yang keluar dari alat musik para personel Rhapsody Of Fire. Mereka juga hafal dengan barisan lirik yang dituturkan Giacomo Voli dalam setlist yang energik dan karismatik tersebut.

Pukulan drum Paolo Marchesich juga luar biasa, sementara bebunyian gitar Roby De Micheli dan bass Alessandro Sala didasari urgensi teknis. Bahkan, lagu-lagu anthem yang menggeledek membuat penonton ikut berbagi energi secara simbiosis. Meski demikian, tidak ada kekacauan dan ada ruang bagi suara untuk bernapas.

Giacomo Voli, vokalis Rhapsody Of Fire sangat komunikatif dalam aksinya di Jakarta, 27 September 2024.
Foto: Budi Susanto.

Faktanya, konser “Challenge The Wind Asia & Australia Tour 2024” di Jakarta ini jauh lebih intim dari yang dibayangkan sebelumnya. Selain Giacomo Voli yang komunikatif dengan beberapa kali mengajak penonton mengobrol, aksi wall of death dan circle pit penonton menjelang selesainya konser juga dihiasi tawa. Siapa yang menyangka, ketika salah satu penonton perempuan terjebak di tengah moshing tapi tak satu pun metalhead yang berani menyentuhnya? Para peserta aksi ‘dinding kematian’ tersebut justru memberi kesempatan buat perempuan itu untuk mencari ruang yang lebih nyaman.

Tidak banyak metalhead yang hadir dalam konser yang disaksikan Billboard Indonesia ini. Tapi, yakinlah, mereka membawa pulang memori indah lantaran telah menyaksikan konser epik, melodius, sekaligus catchy dengan tetap mempertahankan nuansa gelap pada kemasannya.

“Terima kasih Jakarta. Ini adalah kehormatan buat kami. Kami akan kembali. Terima kasih sudah hadir malam ini. Kami mencintai kalian!” Giacomo Voli menutup konser malam itu sebelum seluruh personel Rhapsody Of Fire pamit ke belakang panggung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

 

PMC

Billboard Indonesia is published under license from Penske Media Corporation. All rights reserved.
Billboard name and logo used by permission of Penske Media Corporation.
Powered by TNGR