Jazz Gunung Ijen 2024 yang digelar bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus, terselenggara dengan sukses di Taman Gandrung Terakota, sebuah amphitheater yang terletak di Jiwa Jawa Ijen Resort, Banyuwangi.
Menggabungkan keindahan alam, budaya lokal, dan harmoni, Jazz Gunung Ijen 2024 mengusung tema “Merdekanya Jazz, Merdekanya Indonesia”. Menggambarkan semangat kebebasan yang terpatri dalam musik jazz dan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Menurut keterangan resmi yang diterima Billboard Indonesia, Senin, 19 Agustus, festival ini dibuka penampilan Aditya Ong Quartet, yang mengalunkan musik jazz dalam latar pemandangan bukit sawah terasering yang menakjubkan. Penonton yang hadir lantas disuguhi penampilan dari para musisi jazz papan atas Indonesia, termasuk Elfa Zulham, Kevin Yosua, Sri Hanuraga, Yuri Mahatma’s Straight & Stretch feat. Dian Pratiwi,dan juga Indra Lesmana Trio. Setiap penampilan tidak hanya menghibur, tetapi juga mencerminkan kebebasan berekspresi yang sejalan dengan semangat kemerdekaan.
“Jazz ada semangat kemerdekaan, sebuah musik yang memberikan para pelakunya ‘agency’ merdeka dari perbudakan. Malam ini kami ingin menafsirkan ulang dari kemerdekaan itu. Di jazz selalu ada tradisi musisinya terus berusaha menemukan subjektivitas dan kosa bunyi baru,” kata Sri Hanuraga menjelaskan dalam penampilannya membawakan karya penyair Palestina, Mahmoud Darwish berjudul “Think of Others”.
Mereka berturut-turut membawakan karya masing-masing. “Mark The Blues” karya Elfa Zulham, “Here’s That Rainy Day” karya Kevin Yosua yang sarat ritmis dan dinamis, dan menutup penampilan dengan karya Sri Hanuraga dalam merangkum “cuplikan” lagu-lagu di album (De)Conception miliknya. Format berbeda dari album yang sarat elektronik. Begitu menenangkan, mengalir, dan sangat syahdu dalam balutan tata lampu panggung yang mulai menyala menemani pergantian sore ke malam hari yang makin dingin.
Salah satu momen yang paling berkesan terjadi ketika Yuri Mahatma’s Straight & Stretch feat. Dian Pratiwi mengambil alih panggung dengan energi luar biasa. Penampilan mereka interaktif, mengajak penonton untuk bernyanyi dan berdansa. Dian Pratiwi berhasil membangun suasana intim dengan kualitas vokalnya yang berkarakter. Apalagi, drumer jazz kebanggaan Bali, Gustu Brahmanta memberikan nuansa ritmis yang berbeda dengan membawa kendang Bali dan kenong pada set drumnya.
Dalam lagu instrumental bertajuk “Made Cenik” nuansa Bali menyeruak di Taman Gandrung Terakota. Sebuah komposisi memukau yang didominasi permainan drum Gustu. Mereka menutup penampilan dengan “Don’t Stop Till You Get Enough” dari Michael Jackson yang diaransemen ulang dengan sentuhan jazz yang penuh semangat.
Sebagai penampilan puncak, Indra Lesmana, legenda jazz Indonesia, membawa Jazz Gunung Ijen2024 dengan nuansa yang berbeda. Penampilannya dalam format trio bersama Gustu Brahmanta (drum) dan Indra Gupta (upright bass) penuh makna dan pesan hingga nostalgia dalam karya-karya jazz swing miliknya. Ia berbagi filosofi di balik musik jazz, menjelaskan bagaimana genre ini berasal dari semangat kemerdekaan individu, yang awalnya dimainkan oleh orang kulit hitam dengan genre Dixieland atau Jazz New Orleans.
“Jazz itu lahir dari keinginan untuk bebas, diperjuangkan oleh para budak yang menemukan cara untuk mengekspresikan diri mereka melalui alat musik yang tersedia,” ujar Indra Lesmana.
Lebih lanjut, Indra juga menyoroti relevansi jazz denganml musik Indonesia, menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah festival jazz terbanyak di dunia.
“Jazz dan musik etnik lokal Indonesia sebenarnya memiliki kesamaan, yaitu semangat improvisasi dan kebebasan berekspresi. Ini yang menjadikan Jazz Gunung Ijen sebagai salah satu destinasi penting bagi pecinta jazz dari seluruh dunia,” tambahnya.
Pada pengujung acara, penonton menciptakan kur dalam lagu “Rayuan Pulau Kelapa” dalam aransemen jazz yang sederhana namun begitu terasa syahdu. Penampilan Indra Lesmana Trio tidak hanya menutup acara dengan indah, tetapi juga meneguhkan rasa cinta Tanah Air di hati para penonton. Suasana patriotik yang menyelimuti panggung membuat penonton terhanyut dalam kebanggaan akan warisan budaya Indonesia yang kaya.