Arch Enemy akhirnya memenuhi janjinya untuk kembali menggelar konsernya di depan para pemujanya di Indonesia.
Tampil di Bali United Studio, Jakarta Barat pada Kamis malam (23/5) lalu, unit melodic death metal asal Swedia tersebut suguhkan aksi panggung yang memikat. Bahkan lebih mirip sebuah konser intim. Tertutup, dekat sekaligus liar.
Lahan konser sebelumnya sebenarnya direncanakan bertempat di Taman Kota Peruri Blok M, Jakarta Selatan. Namun “karena suatu dan lain hal”, Stayounxfest, Noxafest, dan 1011 Media sebagai pihak penyelenggara memutuskan memindahkannya. Kabar itu disiarkan via akun media sosial resmi sang penyelenggara, pada 14 Mei lalu.
Keputusan itu bisa dibilang sangat tepat, lantaran konstruksi ruang konser di venue yang baru memang sangat layak untuk sebuah pergelaran musik. Paduan penataan suara yang sudah terukur dengan desain akustik ruangan yang mumpuni membuat semburan distorsi yang beringas tetap terdengar nyaman di kuping.
Tidak hanya tersaji saat Arch Enemy ditampilkan, namun juga ketika band-band lokal pendamping seperti Burgerkill, Noxa, Konfliktion, Straightout, Modern Guns, Ejakula La Vampira serta band tambahan Amalgama (Rusia) menjajal panggung yang sama. Tetap ingar-bingar, namun artikulasi suara setiap instrumen yang dimainkan bisa terdengar jelas dan jernih.
Kurang dari pukul 21.00 WIB, formasi Michael Amott (gitar), Daniel Erlandsson (drum), Sharlee D’Angelo (bass), Alissa White-Gluz (vokal) dan gitaris barunya, Joey Concepcion (Armageddon/The Absence/Jamey Jasta) membuka keseruan penampilannya lewat lagu “Deceiver, Deceiver” yang agresif.
Tanpa aba-aba dari band, penonton langsung menyambut dengan antusias, ikut melafalkan lirik plus melantunkan kor-kor panjang sambil tak henti melayangkan kepalan di udara.
Respons bergairah dari sekitar 1000-an penonton menjadi bahan bakar yang tepat bagi Arch Enemy untuk terus memberondong energi penonton. Walau cukup banyak materi dari album terbaru Deceivers (2022) yang dilampiaskan, seperti “House of Mirrors”, “The Watcher”, “Handshake With Hell”, “The World Is Yours” serta “Sunset Over the Empire”, namun sama sekali tidak membuat audiens menurunkan tensi.
Sepertinya, penonton yang hadir memang bukan metalhead ‘kaleng-kaleng’. Paham semua lagu. Terlebih saat lagu-lagu terbaik Arch Enemy macam “Ravenous”, “War Eternal”, “My Apocalypse”, “We Will Rise” hingga “Burning Angel” dikumandangkan.
Puncaknya, keintiman band dan pemujanya yang brutal itu ‘pecah’ di lagu “Nemesis”. Tidak hanya singalong seru yang membahana, namun sekaligus menciptakan putaran arus circle pit yang liar dan gesit.
Konser malam itu merupakan jadwal penutup dari rangkaian tur Decievers yang dijalani Arch Enemy di kawasan Asia. Di Indonesia, merupakan kedatangan yang kedua kalinya. Sebelumnya, band bentukan 1995 tersebut sudah pernah menggelar konser tunggal di Tennis Indoor Senayan, saat masih dihuni vokalis Angela Gossow, pada 28 Oktober 2009.
“Makasih banget Jakarta, Indonesia buat bikin kita ngerasa betah! Semoga gak perlu nunggu 15 tahun lagi buat balik!!! Cheers!” Begitu bunyi unggahan Arch Enemy seusai konser, di akun Instagram resminya. Ya, ditulis dalam bahasa Indonesia!
Sepanjang kariernya, Arch Enemy telah merilis album studio berjudul Black Earth (1996), Stigmata (1998), Burning Bridges (1999), Wages of Sin (2001), Anthems of Rebellion (2003), Doomsday Machine (2005), Rise of the Tyrant (2007), Khaos Legions (2011), War Eternal (2014), Will to Power (2017) dan Deceivers.