Jalan Sunyi Industri Lagu Anak
Mendongkrak kembali semarak lagu anak tentu bukan pekerjaan mudah yang bisa diselesaikan satu atau dua pihak saja. Diperlukan peran kolektif untuk membuat lagu anak Indonesia kembali berjaya. Sayangnya, tidak semua pihak terkait punya kemauan untuk itu. Sesekali, upaya ini datang dari para musisi yang prihatin. Seperti Titiek Puspa yang menggagas grup anak Duta Cinta, atau Erwin Gutawa yang pernah menggarap kolektif Di Atas Rata-Rata yang mengumpulkan anak-anak berbakat musik dari seluruh Indonesia.
Sayangnya, upaya-upaya ini mendapat banyak tantangan soal keberlanjutannya. Seringkali niatan menggelorakan lagu anak tak bersambut popularitas dan sukses komersial. Dengan kata lain, ini adalah jalan sunyi industri musik.

Pengamat musik David Tarigan berpendapat popularitas lagu anak sangat tergantung dari hook lagu, dan kemudian bagaimana membuat lagu itu dapat dijangkau anak-anak secara luas melalui mekanisme distribusi dan strategi pemasaran musik.
“Ada persoalan soal distribusi, ada persoalan yang esensial yang memang teknis seperti hook–hook lagu anak, karena lagu anak sangat penting hook dari lagunya. Kalau ingin membuat lagu anak sekali lagi penting membuat hook yang nyangkut di kepala anak. Hal yang mudah diingat. Jika memang sudah sesuai dan ada eksposur, bisa saja jadi populer. Tetapi, dalam masa sekarang apakah mungkin pebisnis atau pengusaha mengeluarkan modal atau investasi untuk lagu anak?” tukas David.
David juga berpendapat untuk memantik kembali popularitas dan tren lagu anak dalam industri musik secara umum diperlukan semangat kolektif dari berbagai pihak. Termasuk musisi-musisi dewasa yang punya inisiatif merilis lagu anak.
“Untuk membuat industri lagu anak semarak lagi tidak bisa datang dari satu pihak saja, kalau ada inisiatif yang kolektif, ramai-ramai kembali meramaikan lagu anak dengan disadari secara sengaja atau tidak, itu mungkin menarik,” kata David.