Perkembangan teknologi yang berlangsung sepanjang umur umat manusia kerap kali berbuah disrupsi (perubahan). Cara kerja, distribusi, dan konsumsi adalah tiga dari banyak aspek yang mendapat dampak dari munculnya teknologi bernama AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan. Tidak terkecuali di dunia musik.
Tidak bisa disangkal, perdebatan seputar penggunaan Artificial Intelligence dalam musik menimbulkan perpecahan. Beberapa artis di Inggris secara terbuka menolak konsep penggunaan platform seperti ChatGPT untuk menulis lagu. Adapun Paul McCartney secara terang-terangan mendukung penggunaan teknologi tersebut dengan tangan terbuka.
The Council of Music Makers (CMM) atau Dewan Pembuat Musik di Inggris lantas menerbitkan lima aturan dasar yang harus dipatuhi oleh semua perusahaan ketika mengembangkan teknologi Artificial Intelligence musik. Hal ini meliputi; menghormati hak data pribadi pembuat musik, membagi keuntungan finansial dari musik AI secara adil, dan secara jelas memberi label pada karya yang dihasilkan AI.
Lantas, pada 23 November 2023, sebuah pertemuan digelar oleh Department For Culture, Media & Sport (DCMS) atau Departemen Kebudayaan, Media & Olahraga Inggris untuk membahas peluang dan tantangan yang ditimbulkan oleh Artificial Intelligence pada industri kreatif, dengan masukan dari sektor musik, film, buku, dan fotografi.
Meskipun industri musik terwakili dengan baik, CMM mengecam pertemuan tersebut karena kurangnya perwakilan dari artis dan penulis lagu. CMM kemudian menyampaikan surat terbuka tentang pertemuan tersebut yang mereka anggap “tuli” soal dampak AI terhadap musik.
Mengkritik kurangnya keterwakilan pencipta manusia dalam pertemuan tersebut, CMM mengatakan dalam surat terbuka: “Kami sangat prihatin, pemerintah membentuk meja bundar yang hanya memberi satu kursi kepada perwakilan semua pekerja kreatif di semua media (termasuk film, teater, sastra, dan musik), namun memiliki tiga kursi untuk eksekutif dari perusahaan rekaman besar. Ini sangat tidak seimbang dan tuli nada.”
“Sangat penting untuk memahami bahwa ketika pemegang hak perusahaan membuat keputusan mengenai kebijakan digital dan model bisnis digital, mereka melakukannya tanpa berkonsultasi dengan komunitas pembuat musik. Keputusan-keputusan ini dibuat secara rahasia dan sepihak dan bahkan jarang dikomunikasikan kepada pembuat musik dan timnya,” demikian bunyi lanjutan surat terbuka tersebut.
Terkait kehebohan ini, Brian May ikut mengomentari penggunaan Artificial Intelligence dalam wawancara dengan majalah Guitar Player pada September tahun lalu. Gitaris band Queen tersebut mengatakan, potensi AI untuk menyebabkan “kejahatan” sangat besar karena jangkauannya lebih luas dari yang disadari siapa pun.
“Kita tidak akan tahu apa yang telah diciptakan oleh AI dan apa yang diciptakan oleh manusia. Semuanya akan menjadi sangat kabur dan membingungkan. Saya rasa ini bisa jadi hal serius, dan ini tidak membuat saya gembira. Ini membuat saya khawatir, dan saya bersiap untuk merasa sedih karenanya,” tutur Brian May menyesalkan.