Universal Music Group (UMG) mengumumkan kemitraan baru dengan SoundLabs, perusahaan alat musik AI (kecerdasan buatan) yang “bertanggung jawab”, untuk menyediakan alat penyunting musik AI bagi talenta UMG.
Penyuntingan tersebut juga meliputi plug-in klon suara AI yang dipersonalisasi secara real-time, yang disebut “MicDrop,” yang akan diluncurkan akhir musim panas ini.
Alat penyunting musik yang didukung AI SoundLabs (AU, VST3, AAX) ini terhubung ke semua stasiun kerja audio digital (DAW) utama, termasuk Logic, ProTools, Ableton, dan banyak lagi, agar musisi dapat membersihkan vokal mereka, membuat perubahan, dan bahkan membentuk-menggeser suara mereka hanya dengan mengklik tombol, berkat teknologi AI.
Dengan MicDrop, para artis UMG dapat membuat model suara AI mereka sendiri. Namun, model khusus tersebut secara eksklusif hanya untuk penggunaan kreatif mereka. Tidak tersedia untuk masyarakat umum.
Berita tersebut sangat sejalan dengan strategi AI perusahaan yang “bertanggung jawab”, yang ditetapkan oleh CEO dan ketua UMG, Lucian Grainge, pada awal 2024. Seperti yang ia nyatakan dalam memo pada Januari kepada para staf, yang diperoleh Billboard, Grainge menulis bahwa meskipun beberapa ahli memandang AI sebagai “ancaman”, UMG berpandangan bahwa AI akan “memberi peluang” bagi perusahaan.
“Sama seperti yang kami lakukan dengan streaming, kami berupaya mewujudkan peluang tersebut menjadi kenyataan.”
Grainge kemudian menyebut dua pendekatan untuk menerapkan apa yang ia sebut sebagai “inisiatif AI yang bertanggung jawab” dari UMG. Pertama, ia akan melobi “pagar pembatas”, atau kebijakan publik untuk melindungi nama, citra, suara, dan kemiripan artis dari peniruan identitas yang salah dan “aturan dasar” lainnya.
Kedua, ia berupaya “menjalin kemitraan sektor swasta yang inovatif dengan perusahaan teknologi AI,” yang kini mencakup kesepakatannya dengan SoundLabs. “Di masa lalu, teknologi baru dan sering kali disruptif diperkenalkan begitu saja ke dunia, sehingga komunitas musik harus mengembangkan model di mana artis akan mendapat kompensasi yang adil dan hak-hak mereka dilindungi,” lanjut Grainge.
“Di masa lalu, kami menjalin hubungan bersejarah dengan mitra lama kami, YouTube, yang memberikan kesempatan bagi para artis untuk duduk bersama sebelum produk apa pun dipasarkan, termasuk membantu membentuk pengembangan produk AI dan jalur menuju monetisasi.”
Diketahui, SoundLabs didirikan bersama oleh produser, komposer, pengembang perangkat lunak, dan artis elektronik nominasi Grammy, BT. Setelah berkarier selama 25 tahun, bekerja dengan David Bowie, Madonna, Sting, Death Cab for Cutie, Peter Gabriel dan Seal, ia beralih ke pengembangan perangkat lunak untuk menciptakan alat musik baru guna membantu para produser berinovasi.
Selama bertahun-tahun, produk perangkat lunaknya—termasuk plugin audio yang dipatenkan seperti Stutter Edit, BreakTweaker (iZotope), Polaris, Phobos (Spirfire Audio) – telah menghasilkan penjualan kotor sebesar 70 juta dolar AS.
Para pendiri perusahaan lainnya—Joshua Dickinson, Dr. Michael Hetrick, dan Lacy Transeau—semuanya selaras dengan BT dalam pendekatan “yang mengutamakan artis” dalam membuat alat musik AI.
“SoundLabs didirikan dengan rasa hormat yang mendasar terhadap hak kekayaan intelektual dan berfokus untuk membantu seniman mempertahankan kendali kreatif atas data dan model mereka,” bunyi keterangan resmi UMG tentang kemitraan ini.
“Merupakan suatu kehormatan luar biasa bekerja sama dengan Universal Music Group yang berpikiran maju dan selaras secara kreatif. Kami percaya masa depan penciptaan musik ditentukan oleh manusia. AI, bila digunakan secara etis dan dilatih berdasarkan konsensus, memiliki kemampuan luar biasa untuk membuka wawasan kreatif baru yang tak terbayangkan, mengurangi gesekan dalam proses kreatif, dan mendemokratisasi kreativitas bagi seniman, penggemar, dan pencipta dari semua kalangan. Kami merancang alat bukan untuk menggantikan artis manusia, namun untuk memperkuat kreativitas manusia,” kata BT.
Sementara itu, Chris Horton, SVP teknologi strategis di Universal Music menambahkan, UMG berupaya untuk menjadikan para artisnya sebagai pusat strategi AI mereka sehingga teknologi digunakan untuk melayani seni, bukan sebaliknya.
Menurut Horton, mereka sangat senang bisa bekerja sama dengan SoundLabs dan BT, yang memiliki pemahaman mendalam dan pribadi tentang masalah teknis dan etika terkait AI.
“Melalui pengalaman langsung sebagai penyanyi dan bermitra dengan banyak kolaborator vokal, BT memahami bagaimana para pemain memandang dan menghargai suara mereka, dan SoundLabs akan memungkinkan artis UMG untuk mendorong batas-batas kreatif menggunakan AI voice-to-voice untuk bernyanyi dalam bahasa yang tidak mereka gunakan, berduet dengan dirinya yang lebih muda, memulihkan rekaman vokal yang tidak sempurna, dan banyak lagi.”
Artikel ini didasari tulisan Kristin Robinson yang tayang di Billboard.com dengan judul “UMG Partners With SoundLabs to Create Personalized AI Voice Models for Artists” (18/06/2024).