Band metal Avhath mengajak unit eksperimental Kuntari dalam single bertajuk “to my dsquiet”. Ini adalah karya tunggal pertama dari EP (album mini) Ephemeral Passage yang dijadwalkan hadir pada pengujung tahun ini.
Menurut Ekrig, pentolan Avhath, lagu “to my disquiet” merupakan perjalanan batin yang kompleks tentang menghadapi ketakutan, penyesalan, dan kesedihan. Namun, di balik semua kegelapan itu, ada upaya untuk menemukan kembali cahaya dan harapan.
Dalam lagu ini, Ekrig sebagai penulis lirik menawarkan pesan tentang keberanian untuk menghadapi masa lalu dan terus maju menuju masa depan yang lebih baik, meskipun jalannya dihantui dengan tantangan yang terus menerus akan datang.
“Secara keseluruhan, lirik dari ‘to my disquiet’ mengandung elemen emosional yang kuat, penuh dengan metafora yang suram, mencerminkan pertarungan batin dan keinginan untuk sembuh dari rasa pedih,” kata Ekrig dinukil Billboard Indonesia dari keterangan resmi.
Sementara itu, dari segi musik, Tesla Manaf sebagai mastermind Kuntari menyatakan “to my disquiet” adalah lagu yang sudah melalui proses panjang dan mendalam, hasil banyak buah pikiran, tidak berbatas dan tidak merujuk.
“Avhath memberikan impresi bebas, namun tetap di jalur narasinya. Kesederhanaan Kuntari dalam menuangkan melodi, dilibas petikan dua tanduk gitar khas band keras asal Jakarta ini,” ujar Tesla.
Tesla dan Rio Abror tergelitik menaruh bunyi-bunyian “kampung” mereka di atas aransemen modern. Ekskul rebana dari masa kecil pun menunjukkan keberingasannya dalam lagu ini berbarengan dengan pukulan interlock khas Banyuwangi yang dihadirkan Rio, beriringan dengan gitar perkusi Tesla. Belum lagi, kehadiran Lafa Pratomo sebagai produser membuat semua terangkum dengan cermat.
“Single ini adalah fragmen dari narasi pikiran yang panjang dan tak berkesudahan. Kurasa eksistensialisme selalu menjadi ‘peliharaan’ untuk kemudian dilepas-liarkan menjadi bentuk narasi,” tutur Lafa.
“Aku melihat lagu ini punya pola yang tidak begitu lazim untuk band metal, atau anggap saja aku kurang banyak referensi. Penentuan ritmik 6/8 yang notabene sulit untuk diolah-gerakkan oleh tubuh, buatku jadi tantangan dan menarik karena setelah mendengar hasilnya,rupanya keinginan badan untuk bergerak dan kepala untuk headbang cukup besar,” terang dia.
Pendekatan dari gaya pengerjaan Lafa sangat krusial dalam rilisan kolaborasi ini. Dengan apik, ia memilah frekuensi yang Avhath dan Kuntari hasilkan sehingga mempunyai ruang mereka masing-masing untuk hadir dalam satu kesatuan.
Dari teknis rekaman, sound yang digunakan serta arahan mixing dan mastering juga dihadirkan demi mewujudkan dua latar musik berbeda menjadi satu kesatuan yang kukuh. “To my disquiet” bisa didengarkan di kanal musik digital mulai 27 September.