Tujuh belas tahun sudah kita kehilangan Chrisye, sosok legendaris blantika musik Indonesia yang telah lebih dulu meninggalkan kita pada tahun 2007. Kini, pada 16 September 2024, pelaku dan pencinta musik Tanah Air mengenang sang maestro dalam konser “LIFETIME: Tribute to Chrisye,” untuk merayakan musikalitas beliau yang tak lekang oleh zaman.
Bertempat di Istora Senayan, konser yang diadakan bertepatan dengan hari lahir Chrisye ini diselenggarakan oleh We Offer Wonders (WOW) dan menghadirkan sederet musisi berkelas yang membawakan lagu-lagu abadi sang legenda.
Tepat pukul 8 malam, lagu “Indonesia Raya” berkumandang untuk membuka konser ini. Terbagi dalam tiga babak, layar menunjukkan tulisan “Chapter 1: Semangat Berkarya,” dan visual Chrisye pun muncul dalam rupa metahuman yang bercerita tentang dekade awal kariernya.
Rizky Febian menjadi penampil pertama malam itu dengan membawakan lagu “Serasa,” salah satu lagu dari album OST Badai Pasti Berlalu (1977), dengan iringan enam penari yang membuka konser dengan suasana meriah. Setelah Rizky, giliran sang istri Mahalini naik panggung untuk menyanyikan “Merpati Putih,” yang juga berasal dari album soundtrack yang sama.
Keduanya berhasil membuka konser dengan apik. Selanjutnya, giliran Once Mekel tampil menyanyikan “Pelangi.” Warna vokal Once yang sekilas terdengar mirip Chrisye sukses membuat penonton ikut bernyanyi bersama, termasuk ketika ia membawakan lagu selanjutnya, “Sabda Alam.”
Setelah Once turun dari panggung, Afgan tampil dengan “Nona Lisa,” ditemani seorang penari perempuan. Penampilan dilanjutkan oleh Eva Celia yang menyanyikan “Kala Sang Surya Tenggelam,” lagu Chrisye yang kembali populer sebagai lagu tema serial Gadis Kretek di Netflix.
Berikutnya, giliran Andien yang menampilkan “Cintaku” dengan gaya yang fun, mengajak penonton bergoyang dan bersenandung bersama. “Malam ini mengingatkan bahwa karya mampu hidup melebihi kapasitas manusia, ia mampu menembus banyak era,” ucap Andien setelah selesai membawakan lagu tersebut, sekaligus menutup babak pertama yang diarahkan oleh Enrico Octaviano (juga dikenal sebagai drummer Lomba Sihir) sebagai music director.
Babak kedua dengan tajuk “Kualitas Menyala” dibuka kembali oleh video metahuman Chrisye di layar, sebelum Mahalini kembali ke atas panggung dan membawakan lagu “Kala Cinta Menggoda” dengan gayanya yang centil dan vokal manisnya. Kevin Aprilio, yang bertindak sebagai keyboardist utama malam itu, mengajak penonton bernyanyi bersama lagu “Untukku,” dengan lirik yang ditampilkan di layar. Penampilan ini semakin berkesan dengan kehadiran Pasha Chrisye, putra keempat Chrisye yang kini mengikuti jejak sang ayah sebagai penyanyi.
Dengan vokal yang mengingatkan pada sang ayah, Pasha membawakan lagu “Kisah Cintaku,” ditemani tampilan foto-foto keluarga Chrisye di layar yang menambah suasana haru. Ia kemudian melanjutkan dengan “Pergilah Kasih,” yang tak kalah sentimental.
Selanjutnya, Ariel NOAH, salah satu bintang tamu spesial yang paling dinanti, naik ke panggung dan menyanyikan lagu “Menunggumu,” sebuah kolaborasi Chrisye dan Peterpan yang merupakan bagian dari album studio terakhir Chrisye, Senyawa (2004). Ariel, yang kebetulan juga berulang tahun di hari yang sama dengan Chrisye, bercerita bahwa Chrisye awalnya tertarik untuk menyanyikan lagu “Ada Apa Denganmu” saat mereka rapat dengan Musica untuk album Senyawa, sebelum akhirnya sepakat dengan lagu “Menunggumu.”
Secara spesial, Ariel malam itu membawakan lagu “Ada Apa Denganmu” dengan aransemen khas Chrisye, seolah berduet dengan Chrisye yang suaranya telah terdigitalisasi untuk menyanyikan lirik lagu tersebut.
Repertoar klasik Chrisye berlanjut dengan Andien yang membawakan lagu “Aku Cinta Dia” dan Rizky Febian yang membawakan “Anak Sekolah” dengan sedikit sentuhan reggae dan ska. Penampilan duet Once dan Mahalini dengan lagu patriotis “Negeriku” menutup babak kedua yang diarahkan oleh Rayendra Sunito sebagai music director.
Babak ketiga, dengan tema “Everlasting,” diatur oleh Marco Steffiano sebagai music director. David Bayu, vokalis Naif, membuka babak ini dengan lagu “Seperti Yang Kau Minta,” salah satu lagu Chrisye yang sering dijadikan lagu wajib karaoke karena liriknya yang relatable dengan kisah cinta banyak orang. David mengajak seisi Istora berkaraoke massal, dilanjutkan dengan berjingkrak bersama di lagu “Pengalaman Pertama” yang bernuansa dangdut.
Selanjutnya, Afgan mengajak penonton mengenang cinta pertama dengan lagu “Kisah Kasih di Sekolah,” yang manis dan pahit sekaligus. Dalam speech-nya, Afgan berbagi bahwa salah satu lagu Chrisye favoritnya adalah “Andai Aku Bisa,” dan ia pun menyanyikan sepenggal bagian lagu tersebut secara acapella, diiringi koor dari penonton yang ikut bernyanyi bersama.
Sebetulnya, Afgan juga pernah membawakan ulang salah satu lagu Chrisye, yaitu “Panah Asmara,” dalam albumnya The One (2010). Namun, dengan candaan, ia mengatakan tak akan menyanyikan lagu itu malam ini agar konser ini tak terasa seperti konser Afgan. Yang didaulat menyanyikan lagu “Panah Asmara” malam itu adalah Mahalini, dilanjutkan dengan Eva Celia yang menyanyikan “C.H.R.I.S.Y.E.”
Meskipun “C.H.R.I.S.Y.E.” bukan salah satu lagu milik Chrisye, lagu kolaborasi antara Diskoria, Eva Celia, dan Laleilmanino tersebut merupakan the ultimate tribute song untuk Chrisye yang sarat referensi terhadap judul-judul lagu ikonik dalam diskografi beliau, dan mungkin berperan dalam menjaga popularitas nama Chrisye di kalangan generasi Z yang menikmati malam di Senopati dan tempat-tempat hits lainnya.
Eva mengakhiri penampilannya dengan mengundang anak-anak Chrisye ke panggung untuk memberikan bunga, sebagai bentuk penghormatan dan perayaan ulang tahun sang legenda.
Selanjutnya, Afgan kembali tampil membawakan “Juwita,” dan konser berdurasi 2,5 jam ini ditutup dengan penampilan Andien dan Rizky Febian yang menyanyikan “Hip Hip Hura,” menandakan bahwa memang sepatutnya sosok Chrisye dikenang dengan penuh sukacita bagi semua pencinta musik Indonesia, baik dahulu, kini, dan nanti.