YouTube Sedang Kembangkan Alat Pendeteksi Suara dan Wajah yang Dihasilkan AI dalam Video

Dalam sebuah unggahan jurnal pada Kamis, 5 September 2024 lalu, YouTube mengatakan bahwa mereka tengah mengerjakan “teknologi identifikasi nyanyian sintetis”.
youtube
Ilustrasi oleh Arya Yudhistira

YouTube bergerak cepat dalam mengantisipasi serangan artificial intelligence (AI) yang banyak meresahkan pelaku seni dan industri kreatif.

Dalam sebuah unggahan jurnal (blog) resmi di platform video tersebut, pada Kamis, 5 September 2024 lalu, mengatakan bahwa mereka tengah mengembangkan alat yang dapat mendeteksi suara dan kemiripan orang yang dihasilkan AI dalam video di platformnya.

Teknologi identifikasi tersebut bakal menjadi bagian dari Content ID, yang akan memungkinkan mitra untuk secara otomatis mendeteksi dan mengelola konten yang dihasilkan AI di YouTube yang menirukan suara nyanyian mereka. 

“Kami menyempurnakan teknologi ini dengan mitra kami, dengan program percontohan yang direncanakan untuk awal tahun depan,” bunyi unggahan tersebut.

Sejak 2007, Content ID telah memberikan kontrol terperinci kepada pemegang hak di seluruh katalog mereka di YouTube—dengan miliaran klaim yang diproses setiap tahun—sementara secara bersamaan menghasilkan miliaran pendapatan baru bagi artis dan kreator melalui penggunaan kembali karya mereka.

“Kami berkomitmen untuk menghadirkan tingkat perlindungan dan pemberdayaan yang sama ke era AI.”

Alat tersebut merupakan fitur terobosan yang mengakhiri perselisihan yang telah berlangsung lama antara YouTube dan pemegang hak musik atas musik yang tidak sah di platform tersebut.

Dan kini, yang paling ditunggu, YouTube juga mengatakan bahwa mereka tengah mengerjakan alat yang akan memungkinkan orang-orang dari berbagai industri, termasuk musisi, aktor, atlet dan pencipta konten untuk “mendeteksi dan mengelola” konten yang dihasilkan “kecerdasan buatan” (AI) yang memperlihatkan wajah mereka.

Tidak hanya itu. Pihak platform video itu juga bahkan menekankan bahwa mengambil konten di platformnya tanpa izin merupakan pelanggaran terhadap ketentuan layanannya – sebuah peringatan keras bagi orang atau bisnis yang akan menggunakan video YouTube yang ada untuk membuat konten yang dihasilkan AI tanpa izin.

“Seiring dengan terus berkembangnya lanskap AI generatif, kami menyadari bahwa kreator mungkin menginginkan kontrol yang lebih besar atas cara mereka berkolaborasi dengan perusahaan pihak ketiga untuk mengembangkan alat AI,” mereka menambahkan.

“Itulah sebabnya kami mengembangkan cara baru untuk memberi (para) kreator pilihan atas cara pihak ketiga menggunakan konten mereka di platform kami. Kami akan membagikan lebih banyak lagi akhir tahun ini.”

Kemungkinan, alat-alat baru di YouTube akan disambut baik oleh industri musik, yang telah menjadi garda terdepan dalam upaya untuk mengendalikan penggunaan gambar dan suara orang yang tidak sah dalam konten yang dihasilkan AI.

Industri ini telah memberikan dukungannya terhadap sejumlah upaya legislatif untuk memerangi masalah tersebut, termasuk No FAKES Act, sebuah rancangan undang-undang (RUU) yang diperkenalkan di Senat AS Juli lalu. Rancangan tersebut akan menetapkan, untuk pertama kalinya, hak atas gambar dan suara seseorang berdasarkan hukum federal AS.

RUU itu selaras dengan misi serupa, yang kini sedang dibahas di DPR AS, atau yang dikenal sebagai No AI FRAUD Act. Rancangan ini akan memberikan individu kemampuan untuk menuntut ketika suara atau rupa mereka ditiru tanpa izin dalam konten yang dihasilkan AI.

Langkah YouTube jelas merupakan bagian dari upaya yang terus berkembang oleh platform media untuk mengendalikan penyalahgunaan teknologi AI. Baik YouTube maupun TikTok sebelumnya sudah mengumumkan kebijakan yang mengharuskan konten yang dihasilkan AI diberi label seperti itu di platform mereka.

Juli lalu, YouTube mengumumkan kebijakan yang memungkinkan orang untuk mengajukan permintaan penghapusan untuk video yang dihasilkan AI yang meniru rupa mereka. Pada saat yang sama, bersama platform lainnya, juga berupaya mengembangkan alat-alat AI untuk para kreator mereka.

Lalu pada September tahun lalu, YouTube memperkenalkan serangkaian alat bertenaga AI untuk kreator, termasuk Dream Screen yang memungkinkan kreator YouTube Shorts membuat video atau latar belakang untuk video dengan mengetikkan ide ke dalam perintah.

Platform tersebut juga mengumumkan aplikasi seluler baru bernama YouTube Create, mirip dengan CapCut milik TikTok, untuk mengedit video berdurasi pendek saat bepergian.

YouTube juga telah berunding dengan perusahaan rekaman besar untuk melisensikan musik guna mengembangkan alat pembuat musik bertenaga AI. Namun upaya sebelumnya untuk mengontrak artis untuk alat AI tersebut rupanya membuahkan hasil yang terbatas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

 

PMC

Billboard Indonesia is published under license from Penske Media Corporation. All rights reserved.
Billboard name and logo used by permission of Penske Media Corporation.
Powered by TNGR