Penyanyi sekaligus penulis lagu Indonesia Oslo Ibrahim mencapai tonggak penting dalam kariernya dengan membawa album barunya Head, Head, Head ke papan reklame ikonik Times Square, New York, Amerika Serikat. Ini menandai langkah penting dalam perjalanan Oslo menuju pengakuan global.
Dalam album Head, Head, Head Oslo tidak hanya melanjutkan eksplorasi emosionalnya tetapi juga memberi penghormatan kepada salah satu lagu ikonik Indonesia, “Tak Ingin Lagi,” yang sebelumnya dipopulerkan oleh Dewi Sandra.
Dalam keterangan resmi yang diterima Billboard Indonesia, Senin, 9 September 2024 disebut, lagu “Tak Ingin Lagi,” yang dipilih sebagai focus track, merupakan reinterpretasi Oslo atas lagu tersebut yang menjawab kerinduannya akan lagu-lagu ‘centil’ tahun 2000-an awal yang liriknya cenderung lugas.
Dengan sentuhan khas Oslo yang menggabungkan suara lembut, aransemen atmosferik, dan lirik yang menyentuh, lagu ini mendapat nafas baru tanpa kehilangan esensi emosional yang melekat pada versi aslinya.
Keputusan Oslo untuk me-remake lagu ini merupakan penghargaan pada karya klasik Dewi Sandra yang ditulis oleh Yudis Dwikorana, sambil tetap menyajikannya dalam gaya yang lebih segar dan relevan bagi pendengar masa kini.
Album ini sendiri mencakup delapan track, termasuk lagu-lagu baru seperti “Don’t Ask Me to Stay,” “Salahku di Mana,” dan tentunya “Tak Ingin Lagi,” yang memperlihatkan pertumbuhan Oslo sebagai musisi dan penulis lagu.
Setiap track menawarkan perjalanan emosional yang berbeda, di mana Oslo mengundang pendengar untuk menyelami dunia yang penuh dengan refleksi diri, cinta, dan kehilangan.
Dengan menambahkan “Tak Ingin Lagi” sebagai bagian dari album ini, Oslo tidak hanya mengedepankan kreativitasnya sebagai musisi, tetapi juga merayakan musik Indonesia dengan cara yang penuh rasa hormat.
Versi baru dari lagu ini diperkirakan akan menarik perhatian tidak hanya dari penggemar setia Oslo, tetapi juga dari generasi pendengar yang mengenal Dewi Sandra. Kombinasi dari nuansa lama dan baru ini menciptakan jembatan antara musik klasik Indonesia dan indie modern yang Oslo Ibrahim wakili.
Dalam lagu ini, Oslo tak hanya mengisi vokal dan gitar seperti biasanya, namun dia juga memainkan part bass, yang seolah menjadi taburan feel groove yang maskulin sekaligus membuat lagu ini terasa menjadi lebih ‘nge-band’.
Dalam album ini, selain Yudis Dwikorana (penulis “Tak Ingin Lagi)”, Oslo juga menggandeng Coki Bollemeyer (NTRL) sebagai produser dalam lagu “OSLO” dan “Salahku di Mana?”, dan juga Rendy Pandugo sebagai produser di lagu “Another Heartbreak”. Jadi, dapat dipastikan album Head, Head, Head akan memberi pengalaman mendengarkan yang lebih mendalam dan personal, dengan perpaduan khas Oslo dan pengaruh besar dari musik pop dan R&B.
Penambahan lagu “Tak Ingin Lagi” yang sebelumnya jadi hits besar akan memberi elemen nostalgia menyenangkan, sekaligus memperkaya konsep album ini secara keseluruhan.
Sementara itu, papan reklame yang menampilkan promosi album yang sangat dinanti-nantikan penggemar Oslo ini terntu saja menyoroti lagu “Tak Ingin Lagi”. Kampanye promosi ini menempatkan Oslo di pusat salah satu landmark budaya paling dikenal di dunia, menandakan daya tarik internasional dari musiknya.
“Melihat karya saya dipajang di Times Square adalah mimpi yang menjadi kenyataan,” kata Oslo Ibrahim. “Momen ini tidak hanya mewakili perjalanan pribadi saya, tetapi juga semakin kuatnya kehadiran musik Indonesia di panggung global.”
Promosi album kedua Oslo di Times Square menunjukkan bagaimana musik Indonesia semakin berpengaruh di seluruh dunia. Persinggungan antara yang lama dan yang baru dalam “Tak Ingin Lagi” menjembatani kesenjangan antara nostalgia pop Indonesia dan kancah indie modern, yang menarik bagi spektrum pendengar yang luas.
Pendengar internasional Oslo yang terus bertambah dapat melakukan streaming alum Head, Head, Head di semua platform digital utama, di mana kedalaman emosional dan keserbagunaan musikal album tersebut telah mulai beresonansi dengan penggemar di seluruh dunia.
Dengan sorotan global yang kini tertuju padanya di New York, Oslo Ibrahim diposisikan untuk terus mendobrak batasan dan berbagi visi artistiknya yang unik dengan dunia.
1 comment