“.Feast yang lama sudah mati,” demikian kutipan perkataan dari vokalisnya, Baskara Putra. Ini kurang lebih merupakan gambaran akurat terhadap bagaimana ia bersama rekan-rekannya di band tersebut menghasilkan album terbaru mereka, Membangun & Menghancurkan.
Setelah berkelana selama 10 tahun di industri musik, .Feast kini membuka perjalanan menuju wajah baru bersama album anyar tersebut.
Album ini bisa dibilang adalah karya dengan konsep paling beda dari rilisan-rilisan terdahulu milik mereka. .Feast yang tadinya sangat vokal menyuarakan isu sosial politik, kali ini hanya menyorot isu yang sangat personal.
Berangkat dari sebuah introspeksi diri, album tersebut lantas melahirkan tema-tema spesifik dalam setiap lagunya. Mulai dari mengenai menjadi orang tua, kematian, hedonisme, hasrat, kebencian terhadap diri sendiri, serta topik-topik lain.
Belum lagi, karya yang paling eklektik dari mereka ini juga melibatkan 12 produser untuk menghidupkan ke-15 lagu yang terdapat di dalamnya. Perombakan image band bentukan 2012 silam ini mereka lakukan bersama Laleilmanino, Vega Antares, Iga Massardi, hingga Lafa Pratomo, yang masing-masing duduk di kursi produser.
Penggarapan Membangun & Menghancurkan yang dirombak ini menghabiskan paruh pertama 2024 dengan para anggota .Feast mengumpulkan materi bikinan masing-masing dan memasangkan dengan para produser yang dinilai cocok dengan tiap lagu.
Dari geberan hard rock di lagu “Konsekuens” dan “Politrik” yang digarap Pandu Fathoni hingga sentuhan lembut dan sensual yang dibawa Lafa Pratomo ke “Ouroboros” dan “Langitruntuh”, Membangun & Menghancurkan semakin mendobrak batasan-batasan musik .Feast.
Masih ditulis sebagian besar oleh Baskara, lirik di setiap lagu dalam album terbaru .Feast tetap menusuk. Misalnya soal kecemasan atas eksistensi band mereka sendiri yang tergambar pada lagu “Masimarah” garapan Iga Massardi, mengkhawatirkan opini publik di “Metakritik” yang diproduseri Herald Reynaldo, atau menghadapi rasa takut kehilangan orang kesayangan pada “O, Tuan” yang dipoles secara megah oleh Luthfi “Cosmicburp” Adianto dan timnya.
Membangun & Menghancurkan juga merupakan ajang tampil bagi Dias Widjajanto yang telah bermain drum di panggung-panggung .Feast selama setahun terakhir. Ia menunjukkan beraneka ragam gaya permainan, termasuk agresivitas ala .Feast di “5” yang sarat keputusasaan garapan Haecal Benarivo serta pukulan yang lebih ringan di trio lagu optimis yang diproduseri Rastafarian, yakni “Tarot”, “Peralihan”, dan “Drums”.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana .Feast punya keberanian untuk ‘ganti wajah’ melalui album Membangun & Menghancurkan, simak wawancara mereka dengan Billboard Indonesia berikut ini!